Kamis, 18 November 2010

PENDIDIKAN ISLAM MASA DINASTI UMAIYAH

1. Sejarah Lahirnya Dinasti Bani Umaiyah

Telah dipahami bahwa masa pemerintahan Khalifah ke empat Ali bin Abi Thalib terjadi perseteruan dengan Muawiyah binAbi supyan mantan gubernur syam telah dipecat oleh Ali. Pada akhirnya Ali bin Abi Thalib syahid di tangan seorang khawarij ibnu Muljam dan kekhilafahan sesuai dengan kesepakatan Ummat Islam jabtan kekhalifahan diserahkan kepada putra pertamanya al-hasan. Muawiyah tetap berusaha menjadi khalifah sesudah Ali bin Abi Thalib pada akhirnya hasan melakukan perjanjian dengan pihak muawiyah untuk menyerahkan kekuasaan dan jabatan kekhalifahan kepada muawiyah dengan pertimbangan persatuan ummat Islam. Al hasan lebih berpikir dan berorientasi kepada persatuan dan kesatuan ummat Islam. Maka dengan demikian Muawiyah telah resmi menjadi khalifah Ummat Islam berdasarkan perjanjian al hasan.

Pada masa muawiyah selaku khalifah pertama memberikan apresiasi dan perhatian terhadap pendidikan Islam. Pembinaan dan pendidikana Islam melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh khulafaurrasyidin. Pendidikan Islam dilaksakan di kuttab-kuttab, masji, rumah-rumah Ulama. Pada masa muawiyah pendidikan mulai masuk dikalangan istana untuk mendidik anak-anak keluarga kerajaan, selain itu penguasa-penguasa dari kalangan bani umaiyah sering melakukan majlis taklim dengan mengundang ulama, sastrawan, sejarawan dalam bangsa arab, syair-syair Arab, cerita-cerita persia.

Pada masa muawiyah mulai ada perhatian pada ilmu tafsir, ilmu hadis, fiqhi dan ilmu kalam. Bahkan ilmu-ilmu tersebut mulai disusun menjadi disiplin ilmu yang tersusun dengan rapi. Dalam bidang hadis lahir seorang ahli seperti Hasan al basri, dalam bidang fiqhi lahir seorang ahli yakni Ibnu Sihab al Zuhri, dalam ilmu kalam lahir seorang ahli yang kelak sebagai pendiri aliran mu’tazilah adalah Washil bin Atho.

Selain itu diawal pemerintahan bani umaiyah ini berkembang pula bahas arab. Karena daerah semakin meluas dan daerah-daerah tersebut memiliki dealektika dan bahasa tersendiri, sementara disis lain diharuskan untuk mempelajari Al-Quran dan mereka lemah dalam bahsa arab. Untuk itu mereka mepelajari Al-Quran dan terjemahannya diharuskan untuk mempelajari bahsa arab.

Seiring dengan meluasnya kekuasaan islam dan mulai bersentuhan dengan dunia luar, maka tidak hanya dalam budaya tapi juga dalam ilmu pengetahuan yang sudah berkembang didaerah-daerah taklukan umat islam.

Takdapt dihindari bahwa pendidikan islam mendapat pengaruh dari apa yang telah berkembang pada daerah tersebut sehingga dengan sendirinya umat islam harus belajar filsafat, fisika, astronom dan lain-lainnya.

Perhatian dan usaha yang dilakukan terhadap kemajuan dan perkembangan pendidikan islam diawal bani umaiyah menjadi embrio maju dan dan berkembangnya pemikiran-pemikiran dan lahirnya intlektual Islam.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam Masa Dinasti Umaiyah

Sehubungan dengan ekspansi yang dilakukan oleh para khalifah bani umaiyah, maka daerah-daerah atau wilayah yang dikuasai oleh umat islam harus memeberikan perhatian dan pembinaan keagamaan melalui pendidikan dan pengajaran. Terlebi-lebih kepada mereka yang baru masuk Islam. Pendidikan Islam cepat berekembang diwilayah-wilayah kekuasaan tersebut oleh karena ulama-ulama yang diutus adalh mereka yang mampu. Disamping itu gubernur-gubernur yang berkuasa didearah tersebut memberikan perhatian serius terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.

Disamping itu juga fenomena-fenomena yang terjadi pada masa bani umaiyah ikut mewarnai pendidikan Islam pada masa itu. Diantara fenomena-fenomena tersebut sebagi berikut;

a. Munculnya pemahaman (khawarij) pemerintahan islam itu ntidak hanya dikuasai oleh golongan tertentu, tapi pemerintahan adalah milik umat Islam, semua umat islam berhak untuk menjadi khalifah dengan syarat memenuhi kreteria.

b. Golongan yang memandang bahwa yang berhak menjadi khalifah adalah Ali bin Abi Thalib (syiah). Pemimpin-peminpin selain Ali berarti telah merampas hak Ali.

c. Menyebarnya para Ulama di kota-kota dalam wilayah Islam dan berkembang.

d. Tersebarnya riwayat hadis setelah hambatan terhadap penyebaran periwayatan hadis tidak ada lagi, sementara sahabat sesuadah khulafaurrasyidin merupakan stasiun dikota-kota tempat orang minta fatwa dan pengajaran.

e. Timbulnya hadis-hadis rasul yang palsu

f. Kehadiran para cendikiawan yang berasal dari maula-maula yang masuk islam. Mereka kebanyakan berdarah persia, Romawi, atau Mesir.

g. Mulai timbulnya antara golongan ahlu ro’yi dengan ahlu hadis

Fenomena-fenomena tersebut diatas sangat mewarnai pendidkan dan pengajaran agama pada masa bani Umaiyah. Dalam pemerintahan Bani Umaiyah kelompok-kelompok tersebut menjadi musuh dan selalu mengganggu pemerintahan,sehingga dalam proses perjalanan bani umaiyah akibat kualisi dari kelompok tersebut serta gangguan dari dalam internal kekhalifahan bani umaiyah menjadi penyebab kemunduran dan keruntuhan emporium bani umaiyah.

3. Khalifah Umaiyah Yang Konsen Terhadap Pendidikan

Selam kepemimpinan bani umaiyahdalam kanca kekhalifahan selam 7 abad. Silih berganti para kekhalifahan, diantara khaliufah bani umaiyah ada yang baik dan ada yang kurang baik, ada yang peduli dengan ilmu pengetahuan dan ada pula yang tidak peduli. Khalifah bani umaiyah [yang memberikan perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan memberikan kemajuan dan capaiyan yang spektakuler adalah Umar bin Abdul Aziz. Pada masa beliu telah lahir usaha untuk modifikasi usaha hadis, usaha untuk menterjemahkan ilmu dari bahsa asing ke bahasa Arab. Dari usah ini melahirkan ilmuan-lmuan dari kalangan muslim diantaranya al haris ibn khaladan ahli dibidang kedokteran di universitas iskandariyah di Mesir.

Kemudian salah satu khalifah bani umaiyah yang terakhir menjadikan dinasti ini sampai kedaratan eropa adalah Abdurrahman ad Dakhil yang menjadi buronan dan pelarian dari bani Abbasiyah. Abdurrahman ad dkhil diterima oleh masyarakat andalusia (spanyol) dan akhirnya beliau menjadi khalifah bani Umaiyah dan masih dapat meneruskan dinasti Umaiyah disan dan melahirkan kejayaan termasuk dalam bidang pendidikan. Salah satu bukti keberhasilan yang dicapai umaiyah dispanyol adalah berdirinya universitas cordova yang menjadi kebanggan tersendiri bagi umat Islam dan menjadi tinta Emas dalam sejarah pendidikan Islam.

PENDIDIKAN PADA MASA KHULAURRASYIDIN

Setelah Nabi Muhammad SAW menghadap Allah SWT, maka stafet kepemimpinan beralih kepada para sahabat-sahabat terdekat Nabi yang memiliki kelebihan dan keistimewaan tersendiri dibanding para sahabat pada umumnya. Sahabat tersebut dikenal dengan sebutan Alkhulafaurrasyidun yaitu orang-orang yang dapat memberi petunjuk sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Adapun sahabat-sahabat tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Abu Bakar Ash Shidieq
  2. Umar bin Khattab
  3. Usman bin Affan
  4. Ali bin Abi Tholib

Untuk lebih mudah memahami tentang pendidikan Islam pada masa para khalifah tersebut, maka selanjutnya akan dibahas satu demi satu dari para sahabat khulafaurrasyidin tersebut.

  1. Khalifah Abu Bakar Ash Siddieq

Abu Bakar Ash Siddieq sebagai khalifah pertama dalam Islam tentunya memiliki beban tanggung jawab untuk melanjutkan perjuangan dan dasar-dasaryang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW termasuk dalam pembinaan pendidikan. Semasa kepemimpinan Abu Bakar Ash Siddieq beliau berhdapan dengan nabi-nabi palsu, orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat dan orang-orang murtad.

Pada awal pemerintahannya, perhatian Abu Bakar Ash Siddieq terhadap pendidikan belum maksimal karena pada masa itu Abu Bakar Ash siddieq sibuk untukmemberantas pada pemberontakan kaum murtad dan nabi palsu dan pembangkan yang tidak mau mengeluarkan zakat. Setelah menyelesaikan tugasnya barulah muncul perhatian terhadap pendidikan Islam yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash Siddieq.

1. Dimasa khalifah Abu Bakar Ash Siddieq, beliau mempunyai kegiatan pendidikan slah satunya adalah mengajar hadis guna kepentingan perbendaharaan hadis dan kepentingan dasar dalam penafsiran Alquran dalam usaha memperoleh suatu ketentuan hukum.

2. Dibangun lembaga pendidikan yang bernama al Khuttab , yaitu merupakan lembaga pendidikan Islam yang terlama, yakni sesudah mereka melakukan penaklukan-penaklukan kepada kaum pemberontak dan sesudah mereka telah berhubungan dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Kuttab merupakan tempat mengajarkan Alquran, membaca dan menulis serta belajar agama bagi anak-anak. Lembaga ini tidak membedakan antara anak yang kaya dan anak yang miskin dalam memberikan pelajrannya. Namun demikian tidak menutup kemungkinan anank-anak orang kaya itu belajar Kuttab,tapi orang anak yang kaya tersebut memanggil ustazd untuk belajar dirumahnya secara privat. Pada masa Abu Bakar Ash Siddieq pendidikan Islam belum terlalu dipikirkan tentang pengembangannya. Hal ini disebabkanadanya berbagai tantangan yang harus diselesaikan terlebih dahulu seperti banyak orang-orang yang murtad , orang-orang yang membangkan tidak mau mengeluarkan zakat serta munculnya nabi-nabi palsu. Ditambah lagi masa pemerintahan Abu Bakar Ash Siddieq termasuk dalam ukuran singkat kurang sekitar dua tahun lebih saja.

  1. Khalifah Umar bin Khattab

a. Profil Umar bin Khattab

Tak kalah Abu Bakar menjadi khalifah Umar bin Khattab senantiasa memberikan batuan dan dukungannya terhadap kebijaksanaan yang dijalankan oleh Abu Bakar Ash Siddieq hingga tampuk pemerintahan Abu Bakar. Sesaat Abu Bakar meninggal, beliau menunjuk Umar untuk menggantikan posisinya sebagai khalifah. Setelah di musyawarahkan dengan sahabat-sahabat lainya, para sahabat setuju dan membait Umar Bin Khattab Penggatnti Abu Bakar.

Ketika Umar sebagai Khalifah, tetap melanjutkan perjuangan Abu Bakar, termasuk dalam pelebaran wilayah kekuasaaan sehingga wilayah yang dapat dikuasai pada masa Umar seperti berikut ; Iraq,Persia,Syam,Mesir dan barqah. Daerah-daerah tersebut sebelum masuk isalm ke wilyahnya,mereka sudah maju dan memiliki kebudayaan dan peradaban lama.

Di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab, imperium Islam meluas dengan kecepatan yang luar biasa, dan secara terbuka dapat dikatakan bahwa orang yang terbesar pengaruhnya setelah nabi dalam membentuk pemerintahan Islam. Pembentukan administrasi negara pada masa Umar, Dimaksudkan untuk lebih memfokuskan perhatian terhadap permasalahan umat, mengingat keterbatasaanya memegang kekuasaan legislatif,eksekutif dan pimpinan militer dalam satu tangan. Di samping penataan sistem dan pembentukan administrasi negara, tetap juga melakukan ekspansi ke berbagai wilyah yang sudah tersebut di atas.

Meluasnya wilayah Islam pada masa Umar mengakibatkan meluas pula kebutuhan kehidupan dalam segala bidang. Keteraturan dalam bidang pemerintahan dan segala perlengkapannya memerlukan pemikiran yang cukup serius Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan tenaga manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian yang memadai bagi kelancaran roda pemerintahan itu sendiri. Ini berarti peranan pendidikan harus menampilkan dirinya.

b. Perkembangan pendidikan Islam

Keadaan pendidikan pada masa Umar lebih berkembang dibanding masa Abu Bakar , Namun bentuk kelembaagaan pada waktu itu masih sama sangat sederhana, masih seperti pada masa khalifah Abu Bakar. Tingkat pendidikan yang pertama adalah Kuttab yakni tempat anak-anak belajar membaca dan menulis,menghafal Alquran serta bel;ajar pokok-pokok ajaran agam Islam. Yang tercatat dalam sejarah sebagai ciri khas pendidikan pada masa Umar adalah agar anak-anak diajarkan pula materi kleterampilan dan ketangkasan seperti berenang,memanah,menunggangi kuda,menghafal syair-syair mudah dan pribahasa.

Setelah tamat Alquran pelajar-pelajar tersebut meneruskan pelajarannya di masjid-masjid yang terdiri dari tingkat menengah dan tinggi Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama yang besar, sedang pada pada tingkat tinggi gurunya adalah ulama yang masyhur dalam ilmu dan kesalehannya. Guru dan ulama termasyhur tersebut antara lain Abdullah ibn

Mas’ud ahli di bidang tafsir dan fiqh, Umar bin khattab ahli di bidang pemerintahan,Ali bin Abi Talib ahli dibidang tafsir dan hadist,fiqh, abdullah bin Abbas ahli di bidang tafsir dan fiqh, Muaz bin Jabal ahli di bidang fiqh , Abdullah bin Umar adalah pengumpul hadis, Zaid bin Tsabit ahli di bidang Alquran,fiqh dan faraid dan sahabat-sahabat yang lainnya. Jika kita lihat keahlian para sahabat itu, dapat kita simpulkan bahwa mata pelajaran agama islam pada masa Umar bin Khattab telah lebih maju dan luas dan lengjap dibanding sebelumnya.

Umar bin Khattab menjadikan kota Madinah sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sehingga Umar menginstrusikan bahwa sahabat-sahabat yang mashyur tersebut siap selalu memberikan pembelajaraan terhadap orang datang belajar, baik berasal dari kota madinah, maupun berasal dari luar kota. Konswekuensi dari kebijakan ini mak pemerintah memberikan imbalan kepada tenaga pengajar, baik yang menmgajar Kuttab,Masjid.

Sedangkan sahabat-sahabat yang tidak masyhur dan berpengaruh diperkenankan untuk meninggalkan kota Madinah dan Mengajar di tempat tujuan masing-masing. Misalkan masuk ke wilayah syiria,Mesir dan Lainnya, maka sahabat tersebut memberikan pelajaran kepada mereka yang belajar baik di tingkat kuttab,maupun di masjid (tingkat menengah dan tinggi). Di samping itu persoalan yang sering juga dihadapi oleh para sahabat dan tenaga guru adalah mereka sebelum masuk islam telah menganut agam nasrani sehingga menjadi kesulitan dalam menjelaskan tentang konsep ketuhanan karena agama nasrani sudah memilki konsep ketuhanan sendiri.

Dengan demikian bahwa pada pada masa pemerintahan Umar bin Khattab pendidikan Islam telah mengalami kemajuan yang cepat dan memiliki sistem dan kurikulum pangsa pasar seperti muncul beberapa mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan pokok seperti memanah, mengendari kuda olah raga, Umar bin Khattab cinta ilmu sampai Umar penah berkata; wahai manusia tuntutlah ilmu sesungguhnya Allah memiliki sesuatu baju yang disenangi-Nya. Dan siapa saja yang belajar atau menuntut ilmu barang satu fasal”. Ucapan ini membuktikan betapa besar perhatiaanya dan kecintaannya terhadap ilmu dan pendidikan. Umar memberikan dorongan dan motivasi tinggi kepada ummat agar giat menuntut ilmu, karena kemajuan suatu bangsa hanya akan diperoleh dengan penguasaan ilmu.

  1. Khalifah Usman bi Affan

a. Profil Usman bin Affan

Usman bin Affan diangkat sebagai kholifah hasil dari pemilihan panitia enam yang di tunjuk oleh umar bin khattab, menjelang beliau akan meninggal. Keenam orang tersebut itu adalah;

1. Usman bin Affan

2. Ali bin Abi Tholib

3. Zubair

4. Tolhah

5. Saad bin Abi Waqas

6. Abdurrahman bin Auf

Usman menjadi khalifah dalam usia 70 tahun dan beliau memiliki sifat lemah lembut ditambah belum pernah memegang jabatan dalam pemerintahan sebelumnya. Dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, banyak menghadapi kesulitan dalam politik yang cukup gawat yang tidak terlaksan sehingga mengakibatkan terbunuhnya beliau sendiri. Usman memerintah kurang lebih 12 tahun, 23-35 H/644-656 M.

Khalifah Usman bin Affan di masa 6 tahun pertama pemerintahannya, kebijakannya tampak baik, tapi masa 6 tahun kedua kelemahan-kelemahan pribadinya mulai kelihatan. Sehingga dari kibat dari sifat beliau yang lemah lembut dijadikan alat untuk merongrong kepemimpinan dari keluarganya sendiri.

Kebijakan pendidikan pada masa Usman bi Affan berbeda dengan kebijakan Umar bin Khattab, pada masa Umar sahabat-sahabat mashur dan berpengaruh tidak diperkenankan untuk meniggalkan kota Madinah, karena umar ingin menjadikan kota Madinah sebagai pusat pendidikan dan diminta para sahabt tersebut untuk menjadi tenaga pengajar dan tempat bertnya oleh para penuntut ilmu dari berbagai kota. Sedangkan dizaman Usman bin Affan, Kebijakan ini di cabut dan diperbolehkan para sahabt mashur untuk meniggalkan kota Madinah dan menyebarkan pendidikan dan dakwah ketempat tujuan masing-masing. Dizaman Usman juga guru dan tenaga pengajar tidak disediakan anggaran dari negara dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan tapi di serahkan kepada masyarakat untuk memajukan pendidikan. Pemerintah akan ikut campur ketika ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dan memangdiperlukan keterlibatan pemerintah, sseperti perselisihan bacaan Al-Quran. Oleh Huzaifah ibn Yaman melaporkan kepada Usman tentang perselisihan bacaan Al-Quran yang disaksikan, maka huzaifah mengusulkan kepada Usman agar al-Quran dibukukan. Hal inipun dilaksanakan oleh Usman untuk penulisan dan pembukuan Al-Quran, maka selesailah pembukuan tersebut sebanyak 6 eksampler untuk dikirim ke Mekkah, Kufah, Basrah, Syam dipegang hafsah dan dipegang Usman bin Affan yang dikenal dengan mushaf imam atau mushaf Usmani.

Sebagai penjelasan diatas, dimasa Usman tugas mendidik dan mengajar ummat diserahkan kepada umat itu sendiri. Artinya pemerintah tidak mengangkat dan tidak menggaji guru tersebut. Sedangkan pendidik tersebut melaksankan tugas semata-mata mengharapkan ridho Allah SWT.

Adapun Obyek pendidikan pada masa Usman bin Affan antra lain;

1. Orang Dewasa atau orang tua yang baru masuk Islam

2. Anak-anak, baik orang tuanya sudah lam masuk isalam maupuin yang baru memeluk agama islam.

3. Oraang dewasa atau orang tua yang sudah lam memeluk Islam

4. Orang yang menghususkan dirinya untuk menuntut ilmu agama secar luas dan mendalam.

Dari empat golongan tersebut, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara penyamarataan, tapi harus dilakukan pengklasifikasian yang rapi dan sistematis disesuaikan dengan kesanggupan dari anak didik tersebut. Dengan demikian dapat diperkirakan metode yang diperguanakan pada golongan pertama adalah ceramah, hafalan, latihan dengan mengemukakan contoh-contoh dan praga. Sedangkan golongan kedua metode yang digunakan adalah hafalan dan latihan. Kemudian golongan tiga adalah ceramah, diskusi, dan tanya jawab, dan hafalan. Sementara golongan keempat menggunakan metode ceramah, hafalan, tanya jawab, diskusi yang diarahkan pada pendalaman materi.

Dari Uraian diatas tentang Khalifah Usman bin Affan dan perhatiannya terhadap pendidikan maka dapat dipahami bahwa pendidikan dan lembag-lembaga pendidikan masih melanjutkan apa yang sudah ada, dan bahkan pemerintah memberikan hak penuh kepada ummat untuk memajukan pendidikansesuai dengan semangat para sahabt masin-masing, diman pemerintah tidak memberikan anggaran biaya untuk mengganji para tenaga guru yang ada. Dengan demikian masa pemerintahan Usman yang cukup lama tapi tidak kelihatan perkembangan pendidikan secara signifikan. Hanya ada satu pencapaiyan yang monumental yaitu pembukuan Al-Quran.

  1. Khalifah Ali bin Abi Tholib

a. Proses Pengangkatan Menjadi Khalifah

Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah ke empat menggantikan Usman bin Affan yang wafat ditangan kaum pemberotak. Ali bin Abi Tholib di bai’at oleh kaum muslimin untuk menjadi khalifah, namunAli pada dasarnya tidak bersedia untuk menjadi khalifah. Akan tetapi dipaksa oleh kaum muslimin, maka dengan terpaksa mereka menerimanya dan berkata kepada orang banyak; ”wahai manusia kamu telah membuat saya sebagaimana uang, kamu telah lakukan pada khalifah-khalifah terdahulubdari pada aku. Saya hanya boleh menolak sebelum jatuh pilihan, apabila pilhan telah jatuh maka tidak boleh menolak lagi. Imam harus eguh dan rakyat harus patuh. Baiat kepada diriku ini adalah baiat yang rata, yang umum. Barang siapa yang mungkir daripadanya maka terpisalah ia dari agama Islam.”

Alibin Abi Thalib merupaka sahabat nabi yang pertama masuk Islam dari kalangan anak-anak, semenjak kecil sudah mendapatkan pendidikan langsung dari nabi dan bahkan menjadi anak angkat nabi, maka wajar kalau Ali ini termasuk anak yang cerdas, berakhlak mulia, tegas dan berani. Ali tidak hanya cerdas, namun termsuk sahabat nabi yang pemberani sehingga dalam berbagai kesempatan seringkali ali bin Abi Tholib mewakili pasukan Islam Untuk duel melawan kaum kafir dan selalu dimenagkan oleh Ali binAbi Tholib.

Selama kepemimpinan khalifah sebelumnya, Ali memperlihatkan loyalitas dan dukunganya dengan memebrikan baiat serta memeberikan masukan dan saran dalam berbagai persoalan yang dihadapi oleh para khalifah sebelumnya, termasuk dalam bidang keagamaan ataupun urusan tentang kenegaran dan kemasyarakatan. Sehingga tidak heran pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dimana Ali bin Abi Thalib menjadi penasehat dan diminta pendapat dalam berbagai persoalan hukum.

b. Perhatian Terhadap Ilmu Pengetahuan

Dalam persoalan Ilmu pengetahuan Ali bin Abi Thalib termasuk orang yang cerdas, sampai ali mendapat sebuah peristilahan dalam sebuah riwayat bahwa ”Rasulallah kota ilmu dan Ali adalah Kuncinya.” ini pertanda betapa luasnya keilmuan Ali binAbi Thalib. Pada masa Ali menjabat sebagi Khalifah kurang lebih empat tahun perhatian Ali terhadap pendidikan tidaklah merosot dibanding pada masa khlaifah sebelumnya, namun belau tidak bisa maksimal dalam melakukan pembaharuan dan pengembangan pendidikan oleh karena habis tenaga dan energi dalam menghadapi berbagai persoalan polittik dan kekuasaan diantaranya, tuntutan untuk mengadili pembunuh Usman bin Affan, aperang jamal antara Ali bin Abi Thalib dan ummul mukminin Aiasyah isteri Rasulallah, kemudian perang sifin antara Ali bin Abi Tholib dengan Muawiyah bin Abi sofyan.

Meskipun demikian persoalan yang dihadapi oleh Ali bin Abi Thalib tetap memberika yang terbaik terhadap pendidikan dal ilmu pengetahuan, khususnya dalam menenmkan dasar-dasar cabang ilmu pengetahuan seperti;

1. Ilmu Qira’at

2. Ilmu Tafsir

3. Ilmu Hadis

4. Ilmu nahwu

5. Ilmu adab

Inilah di antara sekian hal yang dicapai Ali bin Abi Tholib semnjak ia menjadi khalifah berupa peletakan dasar ilmu keagamaan yang sebelumnya bersifat materi dan permasalahan yang dihadapi langsung ditanyaka kepada Rasullah dan sahabat yang mashur dan alim, namun dimasa Ali mulai diletakkan kerangka teori dan perangkat-perangkat untuk dapat memahami Al-Quran, hadis, dan lain sebagainya. Kemudian setelah masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib ilmu-ilmu keagamaan tersebut diatas semakin berkembang dan mencapai kesempurnaan.

PENDDIDIKAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD SAW

PENDDIDIKAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD SAW

Nabi Muhammad Saw adalah seorang nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT, nabi Muhammad diangkat jadi rasul pada usia 40 tahun, seiring dengan pengangkatannya menjadi rasul maka menjadi kewajibannya untuk menyampaikan risalah ilahi kepada ummat manusia berdasarkan wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Wahyu yang pertama turun adalah surah al-alaq ayat 1 sampai 5 yang berbicara tentang iqra’ yang artinya bacalah. Dalam menyampaikan risalah Allah nabi Muhammad SAW menghadapi berbagai tantangan darinpihak yang tidak sepakat dengan apa yang di dakwahkan nabi. Untuk itu nabi dalam menjalankan misi ini dapat dibagi kedalam dua periode yakni periode Mekah dan periode madinah.

1. Pendidikan Islam Periode Mekah

Periode mekah kurang lebih 13 tahun lamanya Rasulallah memperkenalkan agama islam dan ajarannya kepada masyarakat, lebih ditekankan pada masalah ketauhidan. Hal ini wajar saja karena pada waktu itu, setiap tahun mereka dan bahkan tamu dari luar mekah berkumpul melaksankan ibadah di ka’bah, namun disekitar ka’bah ada patung-patung yang menjadi sesembahan mereka. Hal ini bertentangan dengan ketauhidan dan ke-Esaan Allah SWT.

Diawal-awal islam nabi Muhammad mampu mengislamkan masyarakat mekah, justru tantangan dan pemboikotan dirasakan oleh nabi dan pengikutnya yang mana pengikutnya rata-rata dari kalangan yang tidak mampu seperti hidup miskin, hamba sahaya, kaum perempuan. Meskipun demikian pendidikan dan pengenalan materi dan ajaran islam tetap berjalan dengan baik, namun dengan cara sembunyi-sembunyi. Setelah agak banyak orang masuk islam, lalu nabi menyediakan rumah arqam bin abil arqam untuk dijadikan tempat pertemuan dan pendidikan para shabat-sahabatserta pengikutnya. Rumah arqam itulah tempat pendidikan islam yang pertama dalam sejarah pendidikan islam, bekas rumah itu masih dikenal sampai sekarang di Saudi arabiyah. Disanalah nabi mengajarkan dasar-dasarpokok ajaran islam kepada sahabat-sahabatnya. Disitu juga nabi menjelaskan wahyu al-Quran yang diturunkan kekpadanya untuk disampaikan kepada pengikutnya.

Namun sebelum itu nabi Muhammad SAW mendidik secara bertahap. Ia mulai dengan keluarga dekatnya, tentu dilakukan secara sembunyi-sembunyi seperti kepada istrinya, khadijah kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali bin abi tholib, setelah itu Zaid bin Harisah pembantu rumah tangga beliau (diangkat menjadi anak angkat). Selanjutnya kepada sahabat-sahabat terdekatnya seperti Abu Bakar Ash shidieqy dan secara berangsur-angsur ajakan tersebut disampaikan lebih meluas tapi masih terbatas dikalangan terdekat suku Quraisy saja. Maka berimanlah antara lain Usman Bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad Bin Abi Waqas, Abdurrahman Bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah Bin Jarrah, Arqam Bin Abil Arqam, Fatimah Binti Khottob, bersama suaminya Said Bin Zaid, dan beberapa orang lainnya.mereka itulah orang—orang yang pertama kali masuk islam (assabikunal awwalun) dan mereka secara langsung di didik dan diajar oleh rasulallah SAWuntuk menjadi Muslim dan siap menerima dan melaksankan petunjuk dan perintah Allah SWT yang akan turun kemudian. Pada tahap awal ini pusat kegiatan pendidikan islam tersebut diselenggarakan secara tersembunyi dirumah Arqam bin Abil Arqam.

Kebijakan Nabi Muhammada SAW untuk menyampaikan ajaran islam yang demikian itu berdasarkan petunjuk Allah SWT dalam surah Asy-syu’ara’ 213-216’ dan keadaan ini berlangsung kurang lebih 3 tahun sampai akhirnya turn perintah dari Allaha agar disampaikan secara terbuka dan terang-terangan sebagai firman Allah pada Q.S. :22:94. Dengan turunya perintah tersebut maka mulailah nabi Muhammad SAW memberikan pengajran kepada ummadnya secara terbukadan lebih meluas, bukan hanya dilingkungan kaum keluarga yang di mekah, tapi kjuga kepada penduduk diluar kota mekah yang datng ke mekah, baik dalam rangka ibadah haji maupun perdagangan. Dengan demikian tantangan yang dihadapi oleh nabi Muhammad pula semakin terbuka dan meluas tetapi semua itu dihadapi dengan penuh kesabaran dan dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan selalu memberikan petunujk dan pertolongan dalam menghadapi tantangan tersebut.

Mahmud yunus dalam bukunya sejarah pendidikan Islam menyatakan bahwa pembinaan pendidikan masa mekkah ini meliputi;

a. Pendidikan keagamaan yaitu; hendaklah membaca dengan nama Allah semata-semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala karean tuhan itu maha besar dan maha pemurah sebab itu hendaklah berhala itu di buang sejauh-jauhnya.

b. Pendidikan akliyah dan ilmiyah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta. Allah akan mengajrkan yang demikian itu kepada orang-orang yang mau menyellidiki dan membahasnya sedangkan mereka dahulu belum mengetahuinya, untuk mempelajari hal-hal itu haruslah dengan banyak membaca dan menyelidiki.

c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti, nabi muhammda SAW mengajar sahabtnya agar berakhlak sesuai dengan ajaran tauhid.

d. Pendidikan jasmani (kesehatan) yaitu mementingkan kesehatan, kebersihan pakaian, badan dan tempat tinggal.

2. Pendidikan Islam Periode Madinah

Hijjrah dari Mekah kemadinah bukan hanya sekedar berpindah dari tekanan dan acaman kaum Quraisy serta penduduk mekah yang tidak menghendaki terhadap ajaran nenek moyang mereka tetapi juga mengandung maksud untuk mengatur strategi kekuatan dan menyusun kekuatan dalam menghadapi tantangan-tantanga yang lebih besar sehingga nantinya terbentuk masyarakat baru yang didalamnya bersianr kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim AS yang akan disempurnakan oleh nabi Muhammad SAW melalui wahyu Allah SWT.

Kedatangan nabi Muhammad SAW bersam kaum muslimin mekah disambut oleh penduduk mekah dengan gembira dan penuh rasa persaudaraan. Kaum muslim mendapat perlindungan dan lingkungan baru yang bebas dari ancaman para penguasa Quraisy mekah, lingkungan yang memungkinkan kepada nabi Muhammad SAW untuk meneruskan dakwahnya menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kalu periode mekah, cirri pokok pembinaan pendidikan islam adalah pendidikan tauhi dalam arti luas maka pada periode madinah ini cirri poko pendidikan islam dapat dikatakan sebagai pendididkan social dan politik dalam arti luas. Tapi sebenarnya antara dua cirri tersebut bukan hal yang dapat dipisahkan satu sama lain. Kalu pembinaan pendidikan islam di mekah dititk beratkan pada persoalan tauhida dan menenmkan nila-nilai tauhid serta keilahian kedalam jiwa ummat islam agar dari jiwa mereka terpancar sinar ktauhidan serta tercermin dalam perilaku sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan dimadinah pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhi di mekah, yaitu pembinaan pembinaan dibidang social dan politi agar dijiwai oleh ajaran tauhid sehingga akhirnya tingkah laku dalam kehidupan social politik tersermin dari pantulan nila-nilai tauhid tersebut.

Pembinaan pendidikan islam dimadinah dalam bidang social dan politik senantiasa dlam bimbingan dan petunujuk Allah SWT. Diantara pembinaan yang dilakukan oleh nabi ketika di madinah adalah;

A. Pembentukan Dan Pembinaan Masyarakat Baru Menuju Kesatuan Sosial Politik

masalah pertama yang dihadpi nabi dan kaum muhajirin ketika sampai di madinah dalh tempat tinggal. Untuk sementara kau muhajirin bisa menginap di ruah-rumah Anshor. Tapi beliau menghendaki tempat khusus ditengah-tengah ummatnya sebgai pusat kegiatan sekaligus sebgai lambang persatuan dan kesatuan diantara kelompok yang ada dimadinah.

Oleh karena itu kegitan pertama yan dilakukan oleh nabi adalah membangun masjid. Dalam memilih lokasi masjid tersebut Muhammad haikal menceritakan dalam bukunya, bahwa onta yang dinaiki oleh Nabi SAW berlutut di tempat penjmuran kurma milik sahl dan suhail bin Amr. Kemudian tempat itu dibelinya kemudian dipakai untuk pembangunan masjid. Sementara masjid itu dibangun, nabi tinggal pada keluarga Abu Ayyub Khalid bin Zaid Al-Anshari. Selain masjid yang dibangun, beliau juga membangun tempat tinggal sederhana dan disesuaikannya dengan petunjuk-petunjuk Nabi SAW.

Setelah selesai pembangunan masjid, maka Nabi SAW pindah menempati sebagian ruangannya yang memang khususu disediakan untuknya, demikian pula diantara kaum muhajirin yang miskin, tidak mampu membangun tempat tinggalnya sendiri maka mereka tinggal disebagian tempat yang ada dan ini dikenala dengan sebutan ahl-suffah. Masjid inilah yang menjadi pusat kegiatan nabi SAW bersam dengan kaum muslimin yang lain dalam membangun masyarakat yang baru yaitu masyarakat yang disinari oleh atuhid dan mencerminkan perstuan dan kesatuan umat. Di masjid inilah beliau bermusyawarah berbagai persoalan dan urusan, baik urusan sosial politik kemasyarakatan maupun maupun urusan yang berkaitan dengan khalik sanag pencipta (Alla SWT).

B. Pendidikan Sosial Politik dan Kewarganegaraan

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa konstituti Madinah telah membentuk kaum muslimin Madinah menjadi satu kesatuan sosial polotik yang berdaulat. Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstituti Madinah yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan disempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah. Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik telah memberikan contoh dan teladan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, disamping penjelasan-penjelasan dan instruksi-instruksi kepada ummatnya dalam melaksankan berbagai kegiatan baik perorangan, kelompok maupun umat secara keseluruhan.

Tujaan pembinaan adalah secara berangsur-rangsur pokok-pokok pikiran konstituti piagam Madinah diakui dan berlaku bukan hanya dimadinah saja, tapi lebih luas baik dalam kehidupan bangsa arab maupu dalam kehidupan bangsa-bangsa di Dunia. Inilah misi nabi Muhammad membawa agama Islam menjdi agama yang mengatasi seluruh agama-agama lain dan menjadi rahmatan lil alamin.

Pelaksanaan atu praktek pendidikan sosial dan kewarganegaraan secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Pendidikan ukhuwah (Persaudaraan) antara kaum muslimin.

Nabi Muhammad SAW membangun ukhuwah di Madinah dengan mempersaudarakan antara sesama muslim baik dari golongan muhajirin maupun dari golongan ansor dengan meyakinkan bahwa ini adalah persaudaraan karena Allah dan Rasulnya. Untuk mempersatukan keluarga muslim tersebut nabi berusaha untuk mengikatnya menjadi satu kesatuan yang terpadu, dibawah ikatan syahadat dan karena Allah.

Untuk lebih mempererat persaudaraan ini diamantkan dalam konstituti piagam Madinah bahwa antara orng yang beriman, tidak boleh membiarkan saudaranya menanggung beban hidup dan hutnag yang berat diantara sesama mereka.

2. Pendidikan Kesejahteraan Sosial

Terjaminnya kesejahteraan sosial, terpenuhianya kebutuhan pokok daripada kebutuhan sehari-hari. Maka problem sosial yang muncul harus dicarikan solusi seperti halnya dengan kaum muhajirin yang belum mempunyai pekerjaan sedangkan kaum anshor sudah ada, maka Nabi SAW menganjurkan kaum muhajirin bekerjasama denagna kaum anshor untuk bekerja baik dibidang pertanian, perdagangan dan lain sebagainya.dari kerjasama yang baik ini maka muncul tatanan ekonomi dikuasai oleh kaum Yahudi. Dengan demikian tercapainya perekonomian yang maju menjadi salah satu embrio terciptanya kehidupan sosial yang sejahtera.

3. Pendidikan Anak Dalam Islam

Anak adalah merupakan bagian dari kehidupan keluarga, merupakan hasil hubungan cinta kasih yang murni dari suami istri menurut ketentuan Allah. Ia merupakan amanat Allah kepada orang tua untuk dipelihara, di didik dan diajar agar menjadi anak soleh.

Adapun garis-garis besar materi pendidikan ana dalam islam yang dicontohkan oleh nabi SAW sebagaimana yang diisyaratakan dalam surah Lukman ayat 13 s/d 19 adalh sebagi berikut;

1. Pendidikan Tauhid

2. Pendidikan Sholat

3. Pendidikan Adap sopan santun dalam keluarga

4. Pendidikan adap sopan santun dalam masyarakat

5. Pendidikan kepribadian

4. Pendidikan Hankam (Pertahanan dan keamanan) Dakwah islam

Setelah berlakunya konstituti Madinah, maka kaummuslimin secara resmi menjadi satu kesatuan sosial politik atau masyarakat yang berdaulat sendiri. Dan diakui kedaulatanya oleh negara dan daerah yang ada disekitarnya baik dikalangan bangsa arab maupun dibelahan dunian untuk mengakui kedaulatan negara Madinah tersebut dibawah binaan dan kepemimpinan nabi Muhammad SAW.

Setelah menjadinya negara yang berdaulat maka nabi muhammad SAW memperkuat pertahanan dan memperluas ajakan untuk membangun kerjasama dengan memajukan negara tersebut, nabi melakukan dan mengajak kabilah-kabilah yang berlatar belakang berbagai suku untuk masuk agama islam dengan mengikat melalui perjanjian, dan yang tidak mau masuk islam harus hidup brdampingan dan saling menghargai serta menghormatiantara sesama manusiadan masyarakat Madinah.

Demikianlah prinsip dakwah dan pendidkan yang dilakukan oleh nabi selama beliau menjadi rasul dan pemimpin, baik berda di Mekkah maupun setelah tinggal di Madinah. Dalam kurun waktu kurang lebih 23 tahun Nabi dalam membina dan mendidik ummatnya sungguh sangat spektakuler dan tercapainya masyarakat yang menjujung tinggi nilai-nilai ketauhidan, sosial masyarakat, persaudaraan dan kecintaan terhadap Allah, keluarga masyarakatserta bangsa dan agama.