Kamis, 18 November 2010

PENDIDIKAN MASA BANI ABBASIYAH

PENDIDIKAN MASA BANI ABBASIYAH

1. Sejarah Lahirnya Dinasti Bani Abbasiyah

Pada periode pertama, pemerintah bani abbas mencapai keemasannya. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agam sekaligus. Disisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun, stelah periode iniberakhir pemerintah bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.

Masa pemerintahan Abu Al Abbas, pendiri dinsti ini, sangat singkat, yaitu dari tahu 750 M sampai 754 M. Kjarena itu, pembinaan sebesarnya dari daulah Abbasiyah adalah Abu ja’far al Mansyur (754-775 M). Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannyadari Bani Umaiyah, khawarij dan juga syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan. Untuk mengamankan kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin jadi saingan bagi satu-persatu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamanya sendiri yang ditunjuk sebagi gubernur oleh khalifah sebelumnyadi Syiria dan Mesir, karena tidak bersedia membaiatnya, dibunih oleh Abu Muslim Al khursani atas perintah Abu ja’far. Abu Muslim sendiri karena di hawatirkan akanmenjadi pesaing baginya, dihukum mati pada tahun 755 M

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam

Pada masa bani Abbasiyah, kebudayaan dan peradaban sudah lebih maju biladibandingkan dengan bani Umaiyah. Pendidikan baik ilmu naqli (agama) seperti munculnya ilmu tauhid, hadis,dan ilmu-ilmu agama lainnya. Demikian pula pengetahuan umum (ilmu naqli) berkembang pula dengan pesatnya seperti filsafat yunani telah diterima oleh umat.

Pada permulan bani Abbasiyah ilmu pengetahuan dan pendidikan berkembang dengan sangat pesat, sehingga terlahir sekolah-sekolah yang tidak terhitung banyaknya. Tersebar dari kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda-pemuda berlomba-lomba menuntut ilmu pengetahuan, melawat kepusat pendidikan, meniggalkan kampung halamanya karena cinta akan ilmu pengetahuan.

Pada masa nabi Muhammad, masa Khulafaurrasyidin, dan bani Umaiyah tujuan pendidikan hanya satu saja, keagamaan semata. Mengjar dan belajar krena Allah dan mengharapkan keridhoanya. Sedangkan pada masa bani Abbasiyah itu telah bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu. Tujuan itu dapat disimpulkan sebagai berikut;

1. Tujuan Keagamaan dan Akhlak

2. Tujuan Kemasyarkatan

3. Tujuan Pendidikan

4. Tujuan Kebendaan

Pada masa itu, sedikit banyak hampir sama dengan pendidikan bani Umaiyah dan masa sebelumnya. Pada masa Abbasiyahpendidikan sudah mulai berkembang yang mana sekolah-sekolah terdiri dari bebrapa tingkatan yang sudah sejakawal kebangkitan Islam, yaitu;

a. Tingkat sekolah rendah, namanya kuttab, lembaga pendidikan terendah untuk tempat belajar anak-anak mengenai dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan. Selai kuttab ada juga anak-anak yang belajar di rumah, istana, toko dan dipinggir-pinggir pasar. Rencana pengajran kuttab umumnya sebagai berikut;

1. Membaca Al-Quran dan menghafalnya

2. Pokok-pokok agam Islam (Berwudhu, sholat dan puasa)

3. Menulis

4. Kisah (riwayat 7 orang-orang besar)

5. Membaca dan menghafal syair-syair atau nafsar-nafsar 9 prosa

6. Berhitung

7. Pokok-pokok nahwu dan shorof

b. Tingkat sekolah menengah, yaitu dimasjid dan dimajlis sastra dan ilmu pengetahuan sebagi sambungan pelajaran di kuttab. Selain itu biasanya pula pelajaran yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah untuk menuntut ilmu kepad seseorang atau kepada seorang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pengjarannya berlansung dimasjida atau durumah ulama yang bersangkutan. Pada umumnya rencana pengajaran pada tingkat menengah itu sebagai berikut;

1. Al-Quran

2. Ilmu-ilmu pasti

3. Bahasa Arab dan kesusastraannya

4. Mantik

5. Fiqih

6. Falaq

7. Tafsir

8. Tarikh

9. Hadist

10. Ilmu-ilmu alam

11. Nahwu dan shorof

12. Kedokteran

13. Musik

3. Tingkat Sekolah Tinggi ?perguruan Tinggi. Lembaga Ini berkembang Pada Masa Bani Abbasiyah

Dengan berdirinya perpustakaan dan akademi baitul Hikmah di bagdad. Perputakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas karena disamping terdapat-kitab-kitab disan juga orng dapat mebaca, menulis dan berdiskusi.

Rencana pembelajaran dari tingkah itu terdiri dari dua jurusan yaitu jurusan ilmu-ilmu agama dan bahsa Arab (ilmu naqliyah) dan jurusan ilmu-ilmu hikmah (filsafat atu ilmu aqliyah). Ilmu-ilmu naqliyah yaitu;

a. Tafsir Al-Quran

b. Hadist

c. Fiqih/ Ushul fiqhi

d. Nahwu/shorof

e. Belagah

f. Bahsa Arab dan kesusastraan.

Kemudian ilmu-ilmu Aqliyah, yaitu;

a. Mantiq

b. Ilmu-ilmu alam dan kimia

c. Musik

d. Ilmu pasti

e. Ilmu ukur

f. Falak

g. Ilahiyah

h. Ilmu hewan

i. Ilmu tumbuh-tumbuhan

j. Kedokteran

Semua mata pelajaran itu diajarkan pada perguruan tinggi dan belum diadakan spesialisasi pada satu mata pelajaran saja, seperti sekarang ini, spesialisasi hanya lahir kemudian, sesudah tamat perguruan tinggi.

4. Sistem dan Metodologi Pengajaran

Sistem metodologi pengajaran pada masa ini yaitu seorang demi seorang, dan belum berkelas seperti sekarang ini, jadi gur harus belajar-mengajar murid-murid itu dengan bergantian yang mana cara ini dilaksankan pada tingkat rendah dan tingkat menengah.

Sedangkan pada tingkat tinggi, dengan berkelompok dan berhalaqah. Guru duduk diatas tikar dan di depannya duduk pelajar dengan berhalqah (berkeliling). Apabila gur menghafal pelajaran/ dituliskannya sebagai diktat, maka dibacakannya pelajaran itu secara perlahan-lahan, para pelajar menuliskan apa yang dibaca oleh gurunya, seperti pelajaran imla (dekte) masa sekarang, selesai itu guru menerangka hal-hal yang sulit dari pelajaran itu.

Keterangan itu dituliskan pelajar dipinggir kertas pada akhir pelajaran Guru mengukang membawa pelajaran itu atau disuruhnya seorang pelajar membacanya untuk membenarkan apabila terdapar kesalahan. Apabila telah tamat ilmu yang diajarkan, lalu guru menandatangani beberapa naskah yang ditulis oleh pelajar. Kadang-kadang guru memberikan ijazah kepada pelajar itu bahwa ia berhak mengajar dan meriwyatkan kepada pelajar-pelajar yang lain. Dalam sitem halqah pelajar diperbolehkan bertanyatentang hal-hal yang sulit dan pelajar diperbolehkan halqoh apabila pengajaran tidak meuaskan baginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar