Kamis, 18 November 2010

PENDIDIKAN PADA MASA KHULAURRASYIDIN

Setelah Nabi Muhammad SAW menghadap Allah SWT, maka stafet kepemimpinan beralih kepada para sahabat-sahabat terdekat Nabi yang memiliki kelebihan dan keistimewaan tersendiri dibanding para sahabat pada umumnya. Sahabat tersebut dikenal dengan sebutan Alkhulafaurrasyidun yaitu orang-orang yang dapat memberi petunjuk sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Adapun sahabat-sahabat tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Abu Bakar Ash Shidieq
  2. Umar bin Khattab
  3. Usman bin Affan
  4. Ali bin Abi Tholib

Untuk lebih mudah memahami tentang pendidikan Islam pada masa para khalifah tersebut, maka selanjutnya akan dibahas satu demi satu dari para sahabat khulafaurrasyidin tersebut.

  1. Khalifah Abu Bakar Ash Siddieq

Abu Bakar Ash Siddieq sebagai khalifah pertama dalam Islam tentunya memiliki beban tanggung jawab untuk melanjutkan perjuangan dan dasar-dasaryang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW termasuk dalam pembinaan pendidikan. Semasa kepemimpinan Abu Bakar Ash Siddieq beliau berhdapan dengan nabi-nabi palsu, orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat dan orang-orang murtad.

Pada awal pemerintahannya, perhatian Abu Bakar Ash Siddieq terhadap pendidikan belum maksimal karena pada masa itu Abu Bakar Ash siddieq sibuk untukmemberantas pada pemberontakan kaum murtad dan nabi palsu dan pembangkan yang tidak mau mengeluarkan zakat. Setelah menyelesaikan tugasnya barulah muncul perhatian terhadap pendidikan Islam yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash Siddieq.

1. Dimasa khalifah Abu Bakar Ash Siddieq, beliau mempunyai kegiatan pendidikan slah satunya adalah mengajar hadis guna kepentingan perbendaharaan hadis dan kepentingan dasar dalam penafsiran Alquran dalam usaha memperoleh suatu ketentuan hukum.

2. Dibangun lembaga pendidikan yang bernama al Khuttab , yaitu merupakan lembaga pendidikan Islam yang terlama, yakni sesudah mereka melakukan penaklukan-penaklukan kepada kaum pemberontak dan sesudah mereka telah berhubungan dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Kuttab merupakan tempat mengajarkan Alquran, membaca dan menulis serta belajar agama bagi anak-anak. Lembaga ini tidak membedakan antara anak yang kaya dan anak yang miskin dalam memberikan pelajrannya. Namun demikian tidak menutup kemungkinan anank-anak orang kaya itu belajar Kuttab,tapi orang anak yang kaya tersebut memanggil ustazd untuk belajar dirumahnya secara privat. Pada masa Abu Bakar Ash Siddieq pendidikan Islam belum terlalu dipikirkan tentang pengembangannya. Hal ini disebabkanadanya berbagai tantangan yang harus diselesaikan terlebih dahulu seperti banyak orang-orang yang murtad , orang-orang yang membangkan tidak mau mengeluarkan zakat serta munculnya nabi-nabi palsu. Ditambah lagi masa pemerintahan Abu Bakar Ash Siddieq termasuk dalam ukuran singkat kurang sekitar dua tahun lebih saja.

  1. Khalifah Umar bin Khattab

a. Profil Umar bin Khattab

Tak kalah Abu Bakar menjadi khalifah Umar bin Khattab senantiasa memberikan batuan dan dukungannya terhadap kebijaksanaan yang dijalankan oleh Abu Bakar Ash Siddieq hingga tampuk pemerintahan Abu Bakar. Sesaat Abu Bakar meninggal, beliau menunjuk Umar untuk menggantikan posisinya sebagai khalifah. Setelah di musyawarahkan dengan sahabat-sahabat lainya, para sahabat setuju dan membait Umar Bin Khattab Penggatnti Abu Bakar.

Ketika Umar sebagai Khalifah, tetap melanjutkan perjuangan Abu Bakar, termasuk dalam pelebaran wilayah kekuasaaan sehingga wilayah yang dapat dikuasai pada masa Umar seperti berikut ; Iraq,Persia,Syam,Mesir dan barqah. Daerah-daerah tersebut sebelum masuk isalm ke wilyahnya,mereka sudah maju dan memiliki kebudayaan dan peradaban lama.

Di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab, imperium Islam meluas dengan kecepatan yang luar biasa, dan secara terbuka dapat dikatakan bahwa orang yang terbesar pengaruhnya setelah nabi dalam membentuk pemerintahan Islam. Pembentukan administrasi negara pada masa Umar, Dimaksudkan untuk lebih memfokuskan perhatian terhadap permasalahan umat, mengingat keterbatasaanya memegang kekuasaan legislatif,eksekutif dan pimpinan militer dalam satu tangan. Di samping penataan sistem dan pembentukan administrasi negara, tetap juga melakukan ekspansi ke berbagai wilyah yang sudah tersebut di atas.

Meluasnya wilayah Islam pada masa Umar mengakibatkan meluas pula kebutuhan kehidupan dalam segala bidang. Keteraturan dalam bidang pemerintahan dan segala perlengkapannya memerlukan pemikiran yang cukup serius Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan tenaga manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian yang memadai bagi kelancaran roda pemerintahan itu sendiri. Ini berarti peranan pendidikan harus menampilkan dirinya.

b. Perkembangan pendidikan Islam

Keadaan pendidikan pada masa Umar lebih berkembang dibanding masa Abu Bakar , Namun bentuk kelembaagaan pada waktu itu masih sama sangat sederhana, masih seperti pada masa khalifah Abu Bakar. Tingkat pendidikan yang pertama adalah Kuttab yakni tempat anak-anak belajar membaca dan menulis,menghafal Alquran serta bel;ajar pokok-pokok ajaran agam Islam. Yang tercatat dalam sejarah sebagai ciri khas pendidikan pada masa Umar adalah agar anak-anak diajarkan pula materi kleterampilan dan ketangkasan seperti berenang,memanah,menunggangi kuda,menghafal syair-syair mudah dan pribahasa.

Setelah tamat Alquran pelajar-pelajar tersebut meneruskan pelajarannya di masjid-masjid yang terdiri dari tingkat menengah dan tinggi Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama yang besar, sedang pada pada tingkat tinggi gurunya adalah ulama yang masyhur dalam ilmu dan kesalehannya. Guru dan ulama termasyhur tersebut antara lain Abdullah ibn

Mas’ud ahli di bidang tafsir dan fiqh, Umar bin khattab ahli di bidang pemerintahan,Ali bin Abi Talib ahli dibidang tafsir dan hadist,fiqh, abdullah bin Abbas ahli di bidang tafsir dan fiqh, Muaz bin Jabal ahli di bidang fiqh , Abdullah bin Umar adalah pengumpul hadis, Zaid bin Tsabit ahli di bidang Alquran,fiqh dan faraid dan sahabat-sahabat yang lainnya. Jika kita lihat keahlian para sahabat itu, dapat kita simpulkan bahwa mata pelajaran agama islam pada masa Umar bin Khattab telah lebih maju dan luas dan lengjap dibanding sebelumnya.

Umar bin Khattab menjadikan kota Madinah sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sehingga Umar menginstrusikan bahwa sahabat-sahabat yang mashyur tersebut siap selalu memberikan pembelajaraan terhadap orang datang belajar, baik berasal dari kota madinah, maupun berasal dari luar kota. Konswekuensi dari kebijakan ini mak pemerintah memberikan imbalan kepada tenaga pengajar, baik yang menmgajar Kuttab,Masjid.

Sedangkan sahabat-sahabat yang tidak masyhur dan berpengaruh diperkenankan untuk meninggalkan kota Madinah dan Mengajar di tempat tujuan masing-masing. Misalkan masuk ke wilayah syiria,Mesir dan Lainnya, maka sahabat tersebut memberikan pelajaran kepada mereka yang belajar baik di tingkat kuttab,maupun di masjid (tingkat menengah dan tinggi). Di samping itu persoalan yang sering juga dihadapi oleh para sahabat dan tenaga guru adalah mereka sebelum masuk islam telah menganut agam nasrani sehingga menjadi kesulitan dalam menjelaskan tentang konsep ketuhanan karena agama nasrani sudah memilki konsep ketuhanan sendiri.

Dengan demikian bahwa pada pada masa pemerintahan Umar bin Khattab pendidikan Islam telah mengalami kemajuan yang cepat dan memiliki sistem dan kurikulum pangsa pasar seperti muncul beberapa mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan pokok seperti memanah, mengendari kuda olah raga, Umar bin Khattab cinta ilmu sampai Umar penah berkata; wahai manusia tuntutlah ilmu sesungguhnya Allah memiliki sesuatu baju yang disenangi-Nya. Dan siapa saja yang belajar atau menuntut ilmu barang satu fasal”. Ucapan ini membuktikan betapa besar perhatiaanya dan kecintaannya terhadap ilmu dan pendidikan. Umar memberikan dorongan dan motivasi tinggi kepada ummat agar giat menuntut ilmu, karena kemajuan suatu bangsa hanya akan diperoleh dengan penguasaan ilmu.

  1. Khalifah Usman bi Affan

a. Profil Usman bin Affan

Usman bin Affan diangkat sebagai kholifah hasil dari pemilihan panitia enam yang di tunjuk oleh umar bin khattab, menjelang beliau akan meninggal. Keenam orang tersebut itu adalah;

1. Usman bin Affan

2. Ali bin Abi Tholib

3. Zubair

4. Tolhah

5. Saad bin Abi Waqas

6. Abdurrahman bin Auf

Usman menjadi khalifah dalam usia 70 tahun dan beliau memiliki sifat lemah lembut ditambah belum pernah memegang jabatan dalam pemerintahan sebelumnya. Dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, banyak menghadapi kesulitan dalam politik yang cukup gawat yang tidak terlaksan sehingga mengakibatkan terbunuhnya beliau sendiri. Usman memerintah kurang lebih 12 tahun, 23-35 H/644-656 M.

Khalifah Usman bin Affan di masa 6 tahun pertama pemerintahannya, kebijakannya tampak baik, tapi masa 6 tahun kedua kelemahan-kelemahan pribadinya mulai kelihatan. Sehingga dari kibat dari sifat beliau yang lemah lembut dijadikan alat untuk merongrong kepemimpinan dari keluarganya sendiri.

Kebijakan pendidikan pada masa Usman bi Affan berbeda dengan kebijakan Umar bin Khattab, pada masa Umar sahabat-sahabat mashur dan berpengaruh tidak diperkenankan untuk meniggalkan kota Madinah, karena umar ingin menjadikan kota Madinah sebagai pusat pendidikan dan diminta para sahabt tersebut untuk menjadi tenaga pengajar dan tempat bertnya oleh para penuntut ilmu dari berbagai kota. Sedangkan dizaman Usman bin Affan, Kebijakan ini di cabut dan diperbolehkan para sahabt mashur untuk meniggalkan kota Madinah dan menyebarkan pendidikan dan dakwah ketempat tujuan masing-masing. Dizaman Usman juga guru dan tenaga pengajar tidak disediakan anggaran dari negara dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan tapi di serahkan kepada masyarakat untuk memajukan pendidikan. Pemerintah akan ikut campur ketika ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dan memangdiperlukan keterlibatan pemerintah, sseperti perselisihan bacaan Al-Quran. Oleh Huzaifah ibn Yaman melaporkan kepada Usman tentang perselisihan bacaan Al-Quran yang disaksikan, maka huzaifah mengusulkan kepada Usman agar al-Quran dibukukan. Hal inipun dilaksanakan oleh Usman untuk penulisan dan pembukuan Al-Quran, maka selesailah pembukuan tersebut sebanyak 6 eksampler untuk dikirim ke Mekkah, Kufah, Basrah, Syam dipegang hafsah dan dipegang Usman bin Affan yang dikenal dengan mushaf imam atau mushaf Usmani.

Sebagai penjelasan diatas, dimasa Usman tugas mendidik dan mengajar ummat diserahkan kepada umat itu sendiri. Artinya pemerintah tidak mengangkat dan tidak menggaji guru tersebut. Sedangkan pendidik tersebut melaksankan tugas semata-mata mengharapkan ridho Allah SWT.

Adapun Obyek pendidikan pada masa Usman bin Affan antra lain;

1. Orang Dewasa atau orang tua yang baru masuk Islam

2. Anak-anak, baik orang tuanya sudah lam masuk isalam maupuin yang baru memeluk agama islam.

3. Oraang dewasa atau orang tua yang sudah lam memeluk Islam

4. Orang yang menghususkan dirinya untuk menuntut ilmu agama secar luas dan mendalam.

Dari empat golongan tersebut, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara penyamarataan, tapi harus dilakukan pengklasifikasian yang rapi dan sistematis disesuaikan dengan kesanggupan dari anak didik tersebut. Dengan demikian dapat diperkirakan metode yang diperguanakan pada golongan pertama adalah ceramah, hafalan, latihan dengan mengemukakan contoh-contoh dan praga. Sedangkan golongan kedua metode yang digunakan adalah hafalan dan latihan. Kemudian golongan tiga adalah ceramah, diskusi, dan tanya jawab, dan hafalan. Sementara golongan keempat menggunakan metode ceramah, hafalan, tanya jawab, diskusi yang diarahkan pada pendalaman materi.

Dari Uraian diatas tentang Khalifah Usman bin Affan dan perhatiannya terhadap pendidikan maka dapat dipahami bahwa pendidikan dan lembag-lembaga pendidikan masih melanjutkan apa yang sudah ada, dan bahkan pemerintah memberikan hak penuh kepada ummat untuk memajukan pendidikansesuai dengan semangat para sahabt masin-masing, diman pemerintah tidak memberikan anggaran biaya untuk mengganji para tenaga guru yang ada. Dengan demikian masa pemerintahan Usman yang cukup lama tapi tidak kelihatan perkembangan pendidikan secara signifikan. Hanya ada satu pencapaiyan yang monumental yaitu pembukuan Al-Quran.

  1. Khalifah Ali bin Abi Tholib

a. Proses Pengangkatan Menjadi Khalifah

Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah ke empat menggantikan Usman bin Affan yang wafat ditangan kaum pemberotak. Ali bin Abi Tholib di bai’at oleh kaum muslimin untuk menjadi khalifah, namunAli pada dasarnya tidak bersedia untuk menjadi khalifah. Akan tetapi dipaksa oleh kaum muslimin, maka dengan terpaksa mereka menerimanya dan berkata kepada orang banyak; ”wahai manusia kamu telah membuat saya sebagaimana uang, kamu telah lakukan pada khalifah-khalifah terdahulubdari pada aku. Saya hanya boleh menolak sebelum jatuh pilihan, apabila pilhan telah jatuh maka tidak boleh menolak lagi. Imam harus eguh dan rakyat harus patuh. Baiat kepada diriku ini adalah baiat yang rata, yang umum. Barang siapa yang mungkir daripadanya maka terpisalah ia dari agama Islam.”

Alibin Abi Thalib merupaka sahabat nabi yang pertama masuk Islam dari kalangan anak-anak, semenjak kecil sudah mendapatkan pendidikan langsung dari nabi dan bahkan menjadi anak angkat nabi, maka wajar kalau Ali ini termasuk anak yang cerdas, berakhlak mulia, tegas dan berani. Ali tidak hanya cerdas, namun termsuk sahabat nabi yang pemberani sehingga dalam berbagai kesempatan seringkali ali bin Abi Tholib mewakili pasukan Islam Untuk duel melawan kaum kafir dan selalu dimenagkan oleh Ali binAbi Tholib.

Selama kepemimpinan khalifah sebelumnya, Ali memperlihatkan loyalitas dan dukunganya dengan memebrikan baiat serta memeberikan masukan dan saran dalam berbagai persoalan yang dihadapi oleh para khalifah sebelumnya, termasuk dalam bidang keagamaan ataupun urusan tentang kenegaran dan kemasyarakatan. Sehingga tidak heran pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dimana Ali bin Abi Thalib menjadi penasehat dan diminta pendapat dalam berbagai persoalan hukum.

b. Perhatian Terhadap Ilmu Pengetahuan

Dalam persoalan Ilmu pengetahuan Ali bin Abi Thalib termasuk orang yang cerdas, sampai ali mendapat sebuah peristilahan dalam sebuah riwayat bahwa ”Rasulallah kota ilmu dan Ali adalah Kuncinya.” ini pertanda betapa luasnya keilmuan Ali binAbi Thalib. Pada masa Ali menjabat sebagi Khalifah kurang lebih empat tahun perhatian Ali terhadap pendidikan tidaklah merosot dibanding pada masa khlaifah sebelumnya, namun belau tidak bisa maksimal dalam melakukan pembaharuan dan pengembangan pendidikan oleh karena habis tenaga dan energi dalam menghadapi berbagai persoalan polittik dan kekuasaan diantaranya, tuntutan untuk mengadili pembunuh Usman bin Affan, aperang jamal antara Ali bin Abi Thalib dan ummul mukminin Aiasyah isteri Rasulallah, kemudian perang sifin antara Ali bin Abi Tholib dengan Muawiyah bin Abi sofyan.

Meskipun demikian persoalan yang dihadapi oleh Ali bin Abi Thalib tetap memberika yang terbaik terhadap pendidikan dal ilmu pengetahuan, khususnya dalam menenmkan dasar-dasar cabang ilmu pengetahuan seperti;

1. Ilmu Qira’at

2. Ilmu Tafsir

3. Ilmu Hadis

4. Ilmu nahwu

5. Ilmu adab

Inilah di antara sekian hal yang dicapai Ali bin Abi Tholib semnjak ia menjadi khalifah berupa peletakan dasar ilmu keagamaan yang sebelumnya bersifat materi dan permasalahan yang dihadapi langsung ditanyaka kepada Rasullah dan sahabat yang mashur dan alim, namun dimasa Ali mulai diletakkan kerangka teori dan perangkat-perangkat untuk dapat memahami Al-Quran, hadis, dan lain sebagainya. Kemudian setelah masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib ilmu-ilmu keagamaan tersebut diatas semakin berkembang dan mencapai kesempurnaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar