BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah
satu dari beberapa Negara berkembang yang memiliki sederet permasalahan hingga saat ini belum terselesaikan, permasalahan kependudukan
masih banyaknya tingkat pengangguran karena kurangnya lapangan pekerjaan, permasalahan
lingkungan masih banyaknya masyarakat
yang mengeksplorasi dan mengeksploitasi lingkunagan dengan semena-mena sehingga
terjadi kerusakan dan bencana dimana-mana, permasalaha pembangunan masih belum
meratanya pembangunan disemua bidang yang kerap menimbulkan kesenjangan sosial.
Untuk menjawab ketiga permasalahan
itu maka kualitas sumber daya manusia Indonesia dan ekonominya harus
ditingkatkan sehingga siap dan tanggap dalam menghadapi tantangan yang muncul
akibat kesenjangan social. Indonesia merupakan Negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam maka dalam pembinaan kualitas manusia dan ekonominya
harus senantiasa merujuk pada norma-norma
dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam.
Secara garis besar
kualitas manusia Indonesia dapat dikelompokkan pada dua bagian. Pertama
kualitas fisik yaitu yang menyangkut ciri – ciri kualitas yang bersifat
lahiriyah seperti ukuran dan bentuk badan, daya atau tenaga fisik yang
dimilikinya, kesegaran jasmani, kesehatan jasmani, dll. Ini merupakan kualitas
pribadi seseorang. Kedua kualitas non fisik yaitu yang bersifat batiniyah yang
meliputi kualitas pribadi yang melekat pada diri, kualitas hubungan dengan
pihak lain, seperti tuhan, lingkungan masyarakat, dan manusia lain, kualitas kekaryaan
yang tercermin dalam produktivitas disiplin, keswadayaan, keswakaryaan dan
wawasan masa depan.
Seperti yang disebutkan
didalam kurikulum bahwa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial untuk sekolah
dasar dan madrasah ibtidaiyah memuat beberapa kompetensi dasar yang di maksud
antara lain :
1. Menceritakan
kasih sayang antar anggota keluarga, dan menunjukkan sikap hidup rukun dalam
kemajemukan keluarga.
2. Mendeskripsikan
kedudukan dan peran anggota keluarga, menceritakan pengalamannya dalam
melaksanakan peran dalam anggota keluarga, dan memberi contoh bentuk – bentuk kerjasama lingkungan tetangga.
3. Melakukan
kerjasama lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan/desa.
4. Mengenal
permasalahan sosial di daerahnya.
Untuk dapat
mengembangkan materi ajar yang sesuai dengan
tuntutan kurikulum tersebut sehingga kita perlu mempelajari konsep – konsep
dasar tentang pelapisan sosial, perbedaan sosial, interaksi sosial dan
integrasi sosial.
Dalam pandangan Islam
manusia yang memiliki kriteria / kualitas diatas, di pandang sebagai sumber
daya yang dapat merencanakan masa depannya yang lebih baik. Ada beberapa
tinjauan yang dapat dilakukan pada masa kemiskinan. Pertama kemiskinan alamiyah
yaitu miskin kualitas sumber daya alam dan manusia yang rendah dan kedua
kemiskinan struktural yaitu kemiskinan buatan. Pada sisi lain kemiskinan
dikategorikan menjadi dua yaitu kemiskinan ekonomi dan kemiskinan rohaniyah.
Untuk mengembangkan
kualitas sumber daya manusia Islam nampaknya mengedepankan konsep yang jelas :
- Penyuntikan dari luar, yaitu usaha – usaha uang
dilakukan oleh orang perorang, pemerintah, maupun lembaga – lembaga sosial
kemasyarakatan untuk menanggulangi kemiskinan diantaranya bazis, infaq,
zakat, sadaqah dll.
b. Motivasi
dari dalam, yaitu memberikan motivasi agar manusia dapat mengembangkan diri
sendiri, adalah pengembangan sumber daya manusia oleh diri sendiri merupakan
hal yang dipandang sangat relevan karena Islam memiliki ajaran yang kosmolit up
to date yang berwawasan keislaman. Untuk itulah setiap orang harus mengupayakan
pengembangan dirinya.
B.
RUANG LINGKUP
Dalam media pembelajaran ilmu pengetahuan sosial banyak
menceritakan tentang pengaruh dan keadaan sosial yang sedang berlaku di
masyarakat baik secara individu maupun berkelompok.
Masalah sosial tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat
kecil, menengah maupun tingkat atas terkadang juga permasalahan sosial dapat
berupa perbedaan klasifikasi sosial yang sedang berlaku di masyarakat antara
lain :
a. Pelapisan Sosial.
b. Perbedaan Sosial.
1.
Pengertian Pelapisan Sosial istilah asli
pelapisan sosial adalah Social Stratification yang berasal
dari kata Stratum atau Strata yang berarti pelapisan.
Sehingga pelapisan sosial adalah sebagai penggolongan warga masyarakat ke dalam
kelompok – kelompok tertentu secara bertingkat-tingkat. Pelapisan Sosial
yang terjadi di masyarakat terbagi beberapa
kriteria :
a.
Berdasarkan Kriteria Ekonomi
b.
Berdasarkan Kriteria Sosial
c.
Berdasarkan Kriteria Politik
2.
Perbedaan Sosial dapat diartikan keanekaragaman yang bersifat
horizontal, bukan pembedaan kelas yang besrsifat vertical sehingga menunjukkan
keanekaragaman sosial yang terjadi di kalangan masyarakat. Perbedaan Sosial yang
terjadi di masyarakat terbagi beberapa bagian :
a.
Perbedaan sosial berdasarkan perbedaan
jenis kelamin.
b.
Perbedaan sosial berdasarkan perbedan
ras.
c.
Perbedaan sosial berdasarkan perbedaan
profesi
d.
Perbedaan sosial berdasarkan perbedaan
klan.
e.
Perbedaan sosial berdasarkan perbedaan
suku bangsa.
f.
Perbedaan sosial berdasarkan perbedaan
agama.
BAB II
PEMBAHASAN
PELAPISAN
SOSIAL DAN PERBEDAAN SOSIAL
A. INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial merupakan hubungan
timbal balik atau proses saling mempengaruhi yang terjadi antara sesama
manusia. Interaksi sosial merupakan dasar bagi pembentukan sebuah system
masyarakat karena melalui interasi sosial itulah seseorang akan dimungkinkan
untuk salaing mengenal dan secara sadar
membentuk sebuah system masyarakat.
1. Interaksi antara individu dengan
individu
Interaksi ini terjadi
antara dua orang yang salaing memberikan rangsangan dan saling memberikan
tanggapan satu sama lain. Interaksi antara individu dengan individu dapat
terjadi dengan saling berjabat tangan, saling tersenyum, saling berpelukan,
bercakap-cakap, dan lain sebagainya.
2. Interaksi antara individu dengan kelompok
Interaksi antara individu dengan kelompok merupakan
interaksi antara seseorang berhadapan dengan sekelompok orang. Interaksi jenis
ini dapat diperhatikan contohnya seperti seorang guru atau dosen yang sedang
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
3. Interaksi antara kelompok dengan
kelompok
Interaksi ini
melibatkan antara dua kelompok orang yang saling berhadapan dan melakukan
hubungan timbal balik. Interaksi antara kelompok dengan kelompok ini dapat
diperhatikan dalam pertandingan bola voli, pertandingan sepak bola, tarik
tambang, pertempuran antara dua pasukan di medan perang, dan lain sebagainya.
B. LATAR BELAKANG INTERAKSI SOSIAL
Umumnya interaksi
sosial tidak terjadi secara sekonyong-konyong. Seperti interaksi anda dengan
murid – murid di sekolah, tentu faktor-faktor yang menjadi latar belakang. Pada
dasarnya interaksi sosial dilatarbelakangi oleh beberapa factor, antara lain
motivasi, simpati, empati, sugesti, imitasi dan identifikasi. Latar belakang
terjadinya interaksi sosial antara lain :
1. Motivasi
Motivasi
merupakan rangsangan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk
melakukan tindakan – tindakan atau
kegiatan-kegiatan tertentu secara rasional. Berdasarkan sifatnya, motivasi
dibedakan atas dua macam, yaitu motivasi yang berasal dari dalam ( motivasi
internal ) dan motivasi yang berasal dari luar ( motivasi eksternal ).
2.
Simpati
Pada dasarnya simpati merupakan
gejala kejiwaan yang terjadi pada seseorang yang merasa tertarik pada sikap dan
perilaku orang lain. Simpati dapat menimbulkan rasa hormat dan saying. Seorang
pelajar yang bersimpati kepada gurunya yang cerdas, beribawa, ramah, religious,
dan sebagainya akan terinpirasi untuk bersikap hormat kepada guru tersebut.
Sebaliknya guru akan bersimpati kepada pelajar yang cerdas, tertib, aktif,
kreatif, bersemangat ke dapan sehingga menimbulkan rasa kasih sayang.
3.
Empati
Ketika kita menyaksikan berita
tentang tsunami Aceh, kita merasa sangat sedih seolah-olah kita merasakan
betapa besar penderitaan mereka. Empati merupakan gejala jiwa yang terjadi pada
diri seseorang untuk ikut merasakan segala sesuatu yang terjadi pada diri orang
lain. Sehingga memberikan dorongan terjadinya
interaksi sosial.
4.
Sugesti
Sugesti merupakan pengaruh
kejiwaan yang memberikan dorongan kepada seseorang atau kelompok orang untuk
melaksanakan sesuatu tanpa melalui proses penalaran. Sugesti dapat terjadi
melalui sikap, perkataan, maupun tindakan. Seorang dokter selain memberikan
obat juga dapat memberikan sugesti kepada pasien guna mempercepat proses
penyembuhan.
5.
Imitasi
dan Identifikasi
Imitasi
merupakan tindakan individu untuk meniru sikap, perkataan dan perilaku dari
individu lain. Proses imitasi dapat terjadi di lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah, tempat peribadatan, maupun di lingkungan masyarakat secara
luas. Perkembangan media elektronik seperti radio, TV, VCD, internet akan
mempercepat proses imitasi.
Sedangkan Identifikasi merupakan
serangkaian proses peniruan yang dilakukan oleh individu terhadap individu lain
sehingga mendekati kesamaan dengan figur yang diidolakan. Dibandingkan dengan
imitasi,proses identifikasi lebih intensif karena melibatkan proses kejiwaan
yang mendalam. Identifikasi ini dapat dilihat contohnya pada rockermania yang
sedapat mungkin meniru gaya dan penampilan para rocker yang digandrungi. Proses
identifikasi akan bersifat positif jika tokoh yang diidolakan berperilaku
positif sebaliknya jika tokoh yang diidolakan berperilaku negativ maka kan
berpengaruh negativ pula pada proses identifikasi dan kepribadianya.
C. SYARAT-SYARAT TERJADINYA INTERAKSI
SOSIAL
Seperti
yang disinggung sebelumnya, interaksi sosial terjadi dalam bentuk komunikasi,
baik anatara individu dengan individu, anatara individu dengan kelompok, maupun
kelompok dengan kelompok, yang terjadi melalui kontak sosial. Di dalam
interaksi sosial terdapat penyampaian pesan ( komunikasi ) kepada penerima
pesan ( komunikan ).
Dalam
keadaan seperti ini, interaksi sosial memerlukan pola-pola baku yang yang
dianggap ideal agar tercipta keteraturan sosial. Pola baku yang dianggap ideal
tersebut memiliki beberapa syarat, yaitu ;
(1) Memiliki
tujuan, manfaat, dan kegunaan yang jelas dan
(2) Sesuai
dengan kaidah-kaidah atau norma-norma yang berlaku.
D. PROSES INTERAKSI SOSIAL
Proses
interaksi sosial akan dapat berlangsung apabila memenuhi dua syarat, yaitu
adanaya kontak sosial dan adanya komunikasi. Kontak sosial adalah merupakan
peristiwa bertemunya antara satu pihak dengan pihak yang lain, baik antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok.
Kontak
sosial merupakan awal dari terjadinya interaksi sosial. Dalam kehidupan
sehari-hari kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun secara tidak
langsung.
E. Hambatan Menciptakan Keteraturan
Sosial
Sebagai mahluk sosial manusia, termasuk anda selalu
berinteraksi dengan individu atau kelompok yang lain. Interaksi tersebut
meliputi seluruh dimensi kehidupan seperti menyangkut masalah pekerjaan,
ekonomi, politik, kebudayaan, agama, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
Sebaliknya jika interaksi yang dilakukan bertentangan dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, maka kan terjadi konflik sosial dan
intergrasi sosial.bentuk-bentuk interaksi yang menghambat terciptanya
keteraturan sosial, antagonisme sosial, pengaruh terhadap konflik sosial, dan
pengertian konflik sosial.
a.
Bentuk-bentuk
Interaksi Yang Menghambat Terciptanya Keteraturan Sosial.
Interaksi yang dapat menghambat terciptanya keteraturan sosial adalah
interaksi yang bersifat diasosiasif, yakni interaksi yang mengarah pada
bentuk-bentuk pertentangan atau konflik, seperti persaingan, kontravensi, dan
konflik. Konflik sosial bisa terjadi
apabila adanya :
1.
Persaingan
( Competitive )
Dalam kehidupan
sehari-hari anda dapat melihat banyak persaingan yang terjadi, baik yang
dilakukan oelh seseorang maupun oleh sekelompok orang. Di sekolah terjadi
persaingan antara beberapa kandidat pengurus OSIS untuk memperoleh posisi
ketua. Di pedesaan terjadi persaingan anatara beberapa kandidat Kepala Desa
untuk memenangkan Pilkades. Tentu anda dapat menyebutkan contoh – contoh
lainnya.
2.
Kontravensi
Kontravensi
merupakan suatu bentuk proses sosial yang menunjukan gejala ketidaksenangan
terhadap pihak lain, baik yang dinyatakan secara terang-terangan maupun secara
sembunyi-sembunyi. Kontravensi yang berkelanjutan dapat berubah menjadi rasa
benci. Dilihat dari prosesnya kontravensi mencakup lima sub proses, yaitu:
a)
proses yang umum, yakni adanya
penolakan,keengganan, gangguan terhadap pihak lain, pengacauan terhadap rencana
pihak lain dan sebagainya.
b)
Kontravensi sederhana, seperti
memaki-maki, menyangkal pihak lain, mencerca, memfitnah, dan lain sebagainya.
c)
Kontravensi yang intensif, seperti
penghasutan, penyebaran desas-desus, dan sebagainya.
d)
Kontravensi yang bersifat rahasia, seperti
mengumumkan rahasia pihak lain, berkhianat dan sebagainya.
e)
Kontravensi yang bersifat takstis,
seperti intimidasi, provokasi, dan lain sebagainya.
3.
Pertentangan
( Conflic )
Pertentangan
ataua konflik dapat terjadi karena adanya perbedaan paham dan perbedaan
kepentingan yang sangat mendasar sehingga menimbulkan jurang pemisah yang menganggu proses interaksi
sosial. Pada umumnya pertentangan atau konflik disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain adalah :
a)
Adanya perbedaan pendapat mengenai suatu
hal yang bersifat mendasar.
b)
Adanaya benturan kepentingan mengenai
suatu objek yang sama, dan
c)
Adanya perbedaan system nilai dan system
noram yang dianut.
Wujud
pertentangan atau konflik dapat berbentuk:
a)
Konflik antar pribadi, yakni suatu
pertentangan yang bersifat perseorangan
b)
Konflik antar kelompok, yakni
pertentangan yang terjadi antar dua kelompok,
konflik peranan, yakni suatu pertentangan yang tejadi akibat seseorang
atau sekelompok orang berperilaku yang tidak sama dengan peran seharusnya.
c)
Konflik status, yakni suatu pertentangan
yang terjadi sebagai akibat dari adanaya perbedaan status atau kedudukan dalam
masyarakat.
d)
Konflik Kebudayaan,yakni suatu
pertentangan yang tejadi sebagai akibat dari perbedaan kebudayaan.
F.
Antagonisme
Sosial
Antagonisme Sosial adalah suatu kondisi sosisla yang
mana di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling berlawanan satu sama lain
sehingga menganggu pencapaiana integrasi sosial. Karena keberadaanya yang dapat
menganggu pencapaian integrasi sosial, maka harus dilakukan usaha -
usaha untuk menghilangkan atau mengurangi potensi-potensi konflik yang
ditimbulkan oleh adanaya anatagonisme sosial tersebut.
Secara garis besar terdapat dua factor yang menjadi
penyebab timbulnya antagonism sosial, yakni : faktor-faktor yang bersifat individual
dan faktor-faktor yang bersifat sosial.
1. Faktor-faktor Individual
Faktor Individual yang menyebabkan
timbulnya antagonism sosial dapat dilihat dari dua hal. Pertama, adanya
perbedaan dalam hal minat dan bakat yang
ada pada masing-masing orang. Menonjolkan minat dan bakat secara berlebihan
dapat menjadikan seseorang bersifat ambisionis dan egois sehingga ingin lebih
tinggi dari orang lain, ingin menguasai
orang lain, dan lain sebagainya.
2. Faktor-faktor Sosial
Factor-faktor sosial yang menyebabkan terjadinya
antagonism sosial sering terlihat dalam fenomena politik, yakni fenomena yang
menempatkan berbagai kelompok, perkumpulan, dan unsur-unsur sosial sedemikian
rupa sehingga satu sama lain saling berlawanan. Dalam hal ini kita dapat
mengambil contoh dari pandangan kaum sosialis yang menyatakan bahwa perjuangan
antar kelas merupakan sebab utama terjadinya konflik-konflik sosial.
G.
Pengaruh
Antagonisme Sosial terhadap Konflik Sosial
Antagonisme Sosial dapat memunculkan
terjadinya Konflik Sosial. Bentuk konflik sosial dapat beraneka macam, seperti
konflik antarkelas, konflik antarras, konflik antar kelompok territorial,
konflik antar kelompok korporatif, konflik antar kelompok ideologis, dan lain
sebagainya. Berikut ini akan diuraikan bentuk-bentuk konflik sosial.
1.
Konflik
Antarkelas
Karl Marx telah menguraikan teori
konflik yang menggambarkan adayany perjuangan antarkelas. Menurut Karl Marx,
paham kapitalisme telah memunculkan dua kelas masyarakat yang kontradiksi,
yakni kelompok buruh (kaum proletar) dan satu sisi berhadapan dengan kelompok
pemodal (kaum borjuis) di sisi yang
lain. Menurut teori ini, hubungan yang terjalin anatar kaum buruh dan dengan
kaum pemodal menrupakan hubungan antara si kuat yang berkuasa dengan si lemah
yang dikuasai.
2.
Konflik
Antarras
Konflik rasial, yakni konflik yang
menghadapkan antara ras yang satu dengan ras yang lain, berkembang dalam bentuk
perang suku. Fenomena konflik antarras ini sering terjadi dalam kehidupan
bangsa-bangsa di Afrika. Secara garis besar konflik antarras dapat di golongkan
atas dua macam yakni: konflik rasial vertical dan konflik rasial
horizontal.
a.
Konflik rasial vertical terjadi antara
kelompok rasial yang dominan dan memiliki peranan yang besar berhadapan dengan
kelompok rasial yang lemah. Konflik antara orang-orang kulit putih yang
berhadapan dengan orang-orang kulit hitam di tanah – tanah jajahan merupakan
contoh dari konflik rasial vertical.
b.
rasial horizontal merupakan konflik yang
terjadi antara kelompok rasial yang mana satu sama lain tidak berada dalam
hubungan dominan dan bawahan.
3.
Konflik
Antarkelompok Horisontal
Sesungguhnya tidak mudah untuk
membedakan antara konflik antarkelompok vertical dengan konflik antarkelompok
horizontal. Namaun secara mendasar dapat dikatan, bahwa konflik antarkelompok
vertical melibatkan beberapa kelompok hal mana yang satu berada pada posisi
yang lemah. Sementara konflik antarkelompok horizontal merupakan konflik yang
terjadi antara beberapa kelompok hal mana keduanya berada dalam kondisi yang
sama, seperti konflik antara dua keluarga, konflik antara suku-suku, konflik
antara partai-partai politik, konflik antara kelompok ideologis dan sebagainya.
4.
Konflik
Antarkelompok Teritorial
Pada umumnya manusia membentuk
komunitas-komunitas sedemikian rupa sehingga terbentuklah kelompok teritorial.
Kelompok teritorial misalnya adalah suku bangsa, provinsi, kabupaten,
kecamatan, desa, dan lain sebagainya. Persaingan-persaingan yang terjadi antara
kelompok territorial tersebut dapat menimbulkan antagonism yang sewaktu-waktu dapat
meletus menjadi konflik sosial.
5.
Konflik
Antar Korporatif
Seperti halnya kelompok-kelompok
korporatif memiliki solidaritas yang dibangun berdasarkan kesamaan. Solidaritas
tersebut berhasil menyatukan orang-orang yang mengambil bagian pada jenis kegiatan
yang sama. Kelompok - kelompok professional merupakan kelas dari kelompok
koorporatif yang paling penting.
6.
Konflik
Antarkelompok Ideologis
Kelompok ideologis dapat dikatakan
sebagai kelompok yang memiliki keyakinan yang sama, seperti sekte-sekte, masyarakat
intelektual, partai-partai politik, dan sebagainya. Suatu doktrin akan berubah
menjadi ideology jika terdapat suatu kelompok sosial yang menganutnya. Secara
umum kelompok ideology dapat kita kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
kelompok-kelompok non-politik.
H.
Konflik
Sosial
Konflik sosial merupakan benturan kepentingan antara
dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi dalam proses interaksi sebagai
akibat dari adanya perbedaan paham atau perbedaan kepentingan yang bersifat
mendasar. Munculnya konflik diawali oleh adanya jurang pemisah yang meretakkan
proses interaksi sosial.
Wujud konflik sosial di tandai dengan munculnya
upaya saling mengamncam dan bahkan saling menghancurkan satu sama lain secara
tidak wajar dan tidak konstitusional. Konflik dapat terjadi antarindividu,
antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok.
Berkembangnya konflik sosial akan membawa beberapa akibat antara lain
1)
Berkembangnya rasa solidaritas pada
internal kelompok yang terlibat konflik,
2)
Jatuhnya beberapa korban baik yang
berupa harta maupun nyawa.
3)
Berkembangnya perbedaan pendapat yang
mengancam keutuhan dan kekompakkan kelompok,
4)
Berkembangnya dominasi kelompok yang
menang terhadap kelompok yang kalah akan menjadi pihak yang tertindas.
Konflik sosial yang terjadi dapat
diredam melalui perundingan. Perundingan ( negotiation ) merupakan jalan tengah yang perlu diambil untuk menghindari aksi
paling buruk dari konflik sosial. Bebrapa
perundingan ( negotiation ) yang
dikenal antara lain adalah :
1)
Toleransi,
yakni sikap untuk saling menghargai dan saling menghormati dengan cara memahami
keberadaan dan pendirian masing-masing pihak.
2)
Konfersi,
yakni salah satu pihak bersedia untuk mengalah dan bersedia menerima keberadaan
dan pendirian pihak lain.
3)
Kompromi,
yakni kesepakatan untuk saling mengalah, saling member, dan saling menerima
antara masing-masing pihak yang terlibat konflik.
4)
Konsiliasi,
yakni usaha yang dilakukan oelh pihak ketiga untuk mempertemukan pihak-pihak
yang terlibat konflik dalam sebuah perundingan untuk mencapai persetujuan
bersama.
5)
Mediasi,
yakni kehadiran pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penengah antara
pihak-pihak yang terlibat konflik.
6)
Arbritasi,
yakni penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang dipilih oleh pihak-pihak
yang terlibat konflik.
7)
Ajudikasi,
yakni upaya penyelesaian konflik melalui badan pengadilan.
8)
Genjatan Senjata,
yaitu penangguhan peperangan dengan menghentikan kegiatan tembak-menembak
antara pihak-pihak yang terlibat konflik dalam jangka waktu tertentu sambil
mencari jalan keluar secara damai.
Secara
umum manusia cenderung berupaya untuk menghindari munculnya konflik sosial. Ada
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah berkembangnnya konflik
sosial yang dikenal dengan istilah “ Mekanisme Katup Pengaman “ . pada
prinsipnya mekinisme katup pengaman dapat diperhatikan pada beberapa contoh :
1)
Mengadukan problem kepada pihak ketiga
untuk mencari jalan keluar.
2)
Dengan melakukan sindiran terhadap
perilaku seseorang yang kurang wajar sehingga
persoalan dapat diselesaikan tanpa harus baku hantam.
3)
Kedua belah pihak yang terlibat konflik
membuat suatu pertemuan untuk melakukan musyawarah dalam rangka memecahkan
maslah dan persoalan yang dihadapi.
I.
INTEGRASI
SOSIAL
Pada
pembahasan ini penulis akan membahas masalah Integrasi Sosial mejelaskan
keteraturan sosial yakni mengarah pada bentuk-bentuk asosiasi, seperti
kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
1.
Kerjasama
( cooperation )
Tentu kita sering terlibat dalam
kegiatan kerjasama dengan rekan atau kolega
tentu kita memiliki kepuasan tertentu setelah melakukan kerjasama dengan
baik. Kerjasama merupakan bentuk utama dari proses interaksi sosial. Kerjasama
diartikan sebagai bergabungnya beberapa individu mencapai tujuan bersama.
2.
Akomodasi
( accommodation )
Akomodasi merupakan suatu proses
penyesesuaian yang terjadi melalui proses interaksi, baik antara individu
dengan individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan
kelompok dalam rangka meredakan ketegangan. Adapun tujuan akomodasi antara lain
;
1)
Mengurangi perbedaan faham, pertentangan
atau permusushan.
2)
Mencegah terjadinya ledakan konflik yang
mengarah pada benturan pola pikir atau
bahkan benturan fisik.
3)
Mengupayakan terjadinya akomodasi
diantara pihak-pihak yang saling bertikai.
3.
Asimilasi
( assimilation )
Asimilasi adalah sebuah
proses bersatunya dua pihak yang memiliki alatar belakang budaya yang berbeda
untuk menciptakan persatuan dan kesatuan baru. Proses asimilasi diawali oleh
adanya dua pihak yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda, untuk
kemudian saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu yang lama, sehingga
perlahan-lahan budaya aslinya akan berubah sifat dan wujud karena membentuk
kebudayaan yang baru.
4.
Akulturasi
( acculturation )
Akulturasi
adalah bergabungnya dua kebudayaan tanpa melenyapkan sifat asli dari kebudayaan
itu sendiri. Proses akulturasi sering terjadi diantara dua kebudayaan yang
saling berdekatan, dimana kehidupan masyarakat kedua belah pihak terjalin
secara akrab dalam berbagai bidang, baik
bidang sosial, bidang ekonomi, bidang politik, maupun bidang kebudayaan.
Melalui hubungan seperti, unsur-unsur kebudayaan dari kedua belah pihak saling
menyerap.
J. Keteraturan Sosial.
Coba anda perhatikan system kehidupan yang ada
dilingkungan sekolah tempat anda berada. Sekolah merupakan sebuah lemabaga yang
di dalamnya terdapat beberapa unsur, seperti staf pendidik, staf administrasi,
para pelajar, penjaga sekolah, tukang kebun, pimpinan sekolah dan sebagainya.
Masing-masing unsur dilingkungan sekolah mengemban fungsi dan perannya
masing-masing. Fungsi dan peran tersebut sekaligus menunjukkan hak dan
kewajiban yang harus ditunaikan di dalam
penyelenggaraan kegiatan sekolah.
Keteraturan sosial merupakan sebuah kondisi dinamis
yang ditimbulkan oleh terciptanya sendi-sendi kehidupan masyarakat secara
tertib dan teratur sesuai dengan system norma yang berlaku. Keteraturan sosial
dapat terjadi manakala didukung oleh beberapa unsur keteraturan sosial, yaitu ;
order,
pola, keajegen, dan tertib sosial.
1.
Order
Dalam istilah sosiologi, order
merupakan suatu system nilai dan system norma yang diakui dan dipatuhi oelh
warga masyarakat secara konsisten. Konsisten masyarakat terhadap system nilai
dan system norma akan menciptakn social order, yakni suatu system atau
tatanan nilai dan norma sosial yang dilakui dan dipatuhi oelh segenap warga
masyarakat.
2.
Keajegan
Keajegan merupakan sebuah kondisi
keteraturan di dalam kehidupan yang terjadi secara tetap dan berlangsung terus
menerus. Kondisi seperti ini hanya terjadi jika seluruh anggota masyarakat
memegang teguh terhadap system nilai dan system norma yang berlaku.
3.
Pola
Pola merupakan suatu bentuk dari
interaksi sosial pada masyarakat tertentu. Antara pola dengan keajegan memang
memiliki kaitan yang sangat erat. Jika suatu masyarakat melaksnakan system
norma secara konsisten maka akan tercipta suatu keajegan. Selanjutnya, keajegan
akan menimbulkan terjadinya pola. Keajegan
lebih menekankan pada sifatnya yang tetap dan berlangsung lama,
sedangkan pola lebih menekankan pada bentuk dari interaksi sosial tersebut.
4.
Tertib
Sosial
Tertib sosial merupakan suatu
kondisi dimana setiap warga masyarakat memegang teguh sistem nilai dan sistem
norma yang berlaku sehingga terjadi keselarasan antara tindakan sosial dengan
nilai dan norma yang berlaku tersebut. Terdapat dua syarat bagi terwujudnya
tertib sosial, yaitu ;
a)
Terdapat suatu sistem nilai norma yang
jelas didalam tata kehidupan masyarakat dan
b)
Setiap individu didalam masyarakat
disiplin dalam melaksanakan dan/atau tidak melanggar sistem nilai dan sistem
norma yang berlaku tersebut.
5.
Ketertiban
Sosial
Keempat komponen diatas, yaitu
order, keajegan, pola, dan tertib sosial merupakan prasyarat bagi terciptnta
ketertiban sosial. Pada dasarnya ketertiban sosial merupakn sebuah kondisi
dimana setiap sendi kehidupan masyarakat berjalan secara teratur. Keteraturan
sosial tersebut tercipta karena sistem nilai dan sistem norma memberikan
kekuatan kendali dan kekuatan control di dalam tata kehidupan
masyarakat.Ketertiban sosial merupakan sebuah kondisi yang sangat diperlukan
agar masyarakat dapat berdaya guna dan berhasil guna. Ketertiban sosial
merupakan cermin darai masyarakat yang stabil dan dinamis.
6.
Integrasi
Sosial
Intergrasi merupakan proses mempersatukan masyarakat
sehingga hubungan-hubungan yang harmonis yang didasarkan atas tatanan-tatanan
yang disepakati bersama. Menyatukan beberapa masyarakat sama artinya dengan
membuang beberapa antagonism yang ada di dalam masyarakat yang bersangkutan dan
sekaligus menghentikan pergolakan yang dapat mengancam integrasi.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mencapai integrasi adalah:
1)
Membatasi konflik-konflik yang ada.
2)
Membuat kompromi-kompromi bersama.
3)
Mengembangkan rasa solidaritas bersama.
Kemajuan-kemajuan
yang dicapai dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan integrasi sosial. Beberapa dampak positif yang dapat diambil
dari kemajuan-kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain
:
1)
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mengurangi
antagonism sosial.
2)
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
menghilangkan bentuk-bentuk yang lebih brutal dari penindasan yang dilakukan
oleh manusia terhadap manusia yang lain.
3)
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
mempermudah hubungan-hubungan, pengertian-pengertian, dan solidaritas sosial
bersama.
BAB
III
LINGKUNAN
HIDUP DAN KENAMPAKAN ALAM
A.
LINGKUNGAN
HIDUP
Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 1997 dijelaskan
bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruan dengan semua benda dan keadaan mahluk
hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang melangsungkan peri
kemanusiaan demi kesejahteraan manusia
serta mahluk hidup lainnya. Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa
lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang berada di sekitarnya kita yang
memberi tempat dan bahan bagi berlangsungnya kehidupan.
Lingkungan hidup terdiri dari tiga unsur, yakni
unsur abiotik, unsur biotik dan unsur budaya.
1.
Unsur
Abiotik
Unsur abiotik adalah unsur yang
terdiri dari benda-benda mati berfungsi sebagai media bagi berlangsungnya
kehidupan. Unsur abiotik antara lain tanah, air, udara, serta barang tambang
dan bahan galian.
2.
Unsur
Biotik
Unsur biotik meliputi semua mahluk
hidup yang ada di permukaan bumi, seperti flora, fauna, manusia, dan jasat
renik. Flora atau dunia tumbuhan yang ada di Indonesia sangat banyak jenisnya, yakni sekitar 4.500
jenis pohon-pohonan, 5.000 jenis anggrek, 1.500 jenis tumbuhan paku. Dari beberapa jenis pohon
tersebut dikelompokkan menjadi dua macam yaitu bunga dan bunga. Berdasarkan
jenis tumbuh-tumbuhannya, hutan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis,
diantaranya adalah hutan tropika, hutan musim, hutan sabana, hutan rawa, dan
hutan lumut
3.
Unsur
Budaya
Kebudayaan merupakan sekumpulan
kompleks gagasan, perilaku, dan hasil dari perilaku manusia. Sedangkan
lingkungan merupakan abtraksi yang berwujud sistem nilai, norma, gagasan, dan
konsep dalam memahami dan sekaligus menginterprestasikan lingkungan sekitarnya.
B.
KENAMPAKAN
ALAM DAN MANFAATNYA BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
Kenampakan alam adalah suatu kenampakan yang terjadi
secara alami, masih asli, dan belum tersentuh oelh tangan manusia. Kenampakan
alam dibedakan dua macam, yakni kenampakan alam wilayah daratan dan kenampakan
alam wilayah perairan. Kenampakan alam wilayah daratan antara lain gunung,
pegunungan, lereng, dataran tinggi, dataran rendah, tanjung, dan pantai.
Sedangkan kenampakan alam wilayah perairan antara lain danau, sungai, selat,
dan laut.
C.
CARA
MELESTARIKAN LINGKUNGAN
Manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling mulia.
Dengan kemampuan akalnya manusia dapat mengolah dan memanfaatkan lingkungan
alam untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Misalnya, manusia dapat
membendung sungai menjadi waduk, manusia dapat mengolah tanah menjadi lahan
pertanian, manusia dapat membangun pabrik-pabrik yang meproduksi segala macam
barang kebutuhan manusia, manusia dapat membangun gedung-gedung yang tinggi
sebagai tempat perkantoran, dan masih banyak lagi contohnya.
Manusia memang diperbolehkan mengolah dan memanfaatkan
lingkungan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian, dalam
mengolah dan memanfaatkan lingkungan alam tersebut harus bertanggung jawab
terhadap kelesetarian lingkungan. Menjaga kelestarian lingkungan hidup sama
artinya dengan menjaga kelangsungan hidup generasi yang akan datang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang
terdapat pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa:
1.
Manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling mulia.
Dengan kemampuan akalnya manusia dapat mengelola dan memanfaatkan lingkungan
alam untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Manusia memang diperbolehkan untuk
mengelola dan memanfaatkan lingkungan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun demikian, dalam mengelola dan memanfaatkan lingkungan alam tersebut dengan
penuh tanggung jawab terhadap kelesetarian lingkungan.
2. Interaksi
sosial merupakan hubungan timbal balik atau proses saling mempengaruhi yang
terjadi antara sesama manusia. Interaksi sosial merupakan dasar bagi pembentukan
sebuah system masyarakat karena melalui interasi sosial itulah seseorang akan
dimungkinkan untuk salaing mengenal dan secara sadar membentuk sebuah system masyarakat yang baik.
B. Saran-saran
Sebagai seorang pendidik dan notaben seorang muslim,
Kami mendorong pemerintah khususnya dan masyarakat untuk selalu:
1.
Menjaga generasi mudanya sebagai penerus
bangsa dengan meningkatkan sumber daya manusianya ( SDM ) dengan berbagai Ilmu baik
Ilmu umum sebagai upaya dalam menapaki kehidupan didunia dan Ilmu agama sebagai
supaya dalam menjaga serangan negatif dari dampak modernisasi dan globalisasi
zaman serta menjadi bekal dalam menapaki kehidupan yang akan datang menjadi
lebih baik ( kehidupan
akhirat ) serta untuk membentuk insan yang berilmu pengetahuan dan berakhlak
mulia.
2.
Dengan memelihara dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup secara tidak langsung telah menyirami tunas-tunas hidup
generasi penerus yang akan datang sebagai tulang punggung kemajuan suatu bangsa
dan Negara.
3.
Lingkungan
jangan terlalu dieksplorasi dan dieksploitasi hanya untuk kepentingan jangka
pendek semata ( kesenangan sesaat ), sehingga menyisakan penderitaan bagi
generasi muda kita pada pada masa yang akan datang ( kesengsaraan yang
berkelanjutan).
4.
Beberapa dampak positif yang dapat
diambil dari kemajuan-kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
antara lain :
a.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
mengurangi antagonisme sosial.
b.
Iilmu pengetahuan dan teknologi dapat
menghilangkan bentuk-bentuk yang lebih brutal dari penindasan yang dilakukan
oleh manusia terhadap manusia yang lain, dan
c.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
mempermudah hubungan-hubungan, pengertian-pengertian, dan solidaritas sosial
bersama. Sehingga tercipta keserasian dan keselarasan terhadap kehidupan dan
kemajuan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar